Saturday, May 18, 2019

teknologi pendidikan: peningkatan kinerja


Makalah teknologi pendidikan islam
Peningkatan kinerja (facilitating learning) teknologi pendidikan islam
Kelompok: 3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi berjalan sangat cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi, penyimpanan dan pengiriman data semakin murah dan semakin baik kualitasnya. Baik individu, institusi, lembaga pendidikan, maupun pemerintah ikut melakukan berbagai upaya untuk memanfaatkan perkembangan teknologi. Bahkan dalam dunia pendidikan Islam, sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi tersebut.
Teknologi akan memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak semuanya diperoleh dalam lingkungan sekolah. Demikian pula pada saat melakukan pertukaran data dan informasi antar sekolah, sekolah dengan masyarakat, sekolah dengan pemerintah daerah dan pusat, utamanya dalam pendidikan Islam dan lain-lain, semuanya akan lebih efektif dan efisien jika memanfaatkan teknologi dalam kemjuan pendidikan tersebut.[1]
Dalam dunia pendidikan,  penggunaan teknologi memberikan dampak positif dan negatif. Adapun dampak positifnya, antara lain adalah dapat mempermudah pengajar dalam menyampaikan materi dengan cara yang tidak manual lagi. Dengan menggunakan teknologi, kita juga dapat memberikan gambaran yang lebih konkret ketika menyampaikan materi tentang suatu hal. Dan dampak yang lain adalah dapat mempermudah kita dalam memproses informasi, misalnya dengan pemanfaatan internet.
Sedangkan dampak negatif dari penggunaan teknologi dalam pendidikan antara lain adalah, adanya gangguan teknis yang menjadikan proses pembelajaran menjadi terganggu. Dalam hal ini bila ternyata teknologi yang kita gunakan tidak lagi membantu. Misalnya jika dalam proses pembelajaran yang memanfaatkan LCD tiba-tiba listrik mati, maka akan menyulitkan kita untuk menyampaikan materi yang telah disiapkan. Dampak negatif lainnya adalah, akibat kemajuan teknologi, individu cenderung bersifat individualis dan kurang dalam kehidupan bersosialisasi. Dan terkadang sebagian individu sering menyalahgunakan teknologi, sehingga membuang waktunya dengan kegiatan yang kurang bermanfaat.

B. Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari Teknologi Pendidikan?
2.    Bagaimana Teknologi Pendidikan dalam pengembangan pendidikan Islam?
3.    Apa pengertian dan ruang lingkup dari Kinerja?
4.    Apa konteks Teknologi Kinerja?
5.    Bagaimana meningkatkan Kinerja?
6.    Bagaimana teknologi pendidikan dan peningkatan Kinerja?
C. Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui makna teknologi pendidikan.
2.    Untuk mengetahui cara teknologi pendidikan dalam pengembangan pendidikan Islam.
3.    Untuk mengetahui makna dan  ruang lingkup kinerja.
4.    Untuk mengetahui konteks teknologi kinerja.
5.    Untuk mengetahui cara meningkatkan kinerja.
6.    Untuk mengetahui teknologi pendidikan dan peningkatan kinerja.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknologi Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan technesebagai dasar kata teknologi berarti art, skilll, science atau keahlian, ketrampilan, ilmu.[2]
Dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata education yang dapat diartikan upbringing (pengembangan), teaching(pengajaran), instruction (perintah), pedagogy (pembinaan kepribadian), breeding (memberi makan), raising (of animal) (menumbuhkan). Dalam bahasa Arab, kata pendidikan merupakan terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat diartikan proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seseorang, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Selain itu kata tarbiyah juga dapat berarti menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh, memiliki, mengatur, dan menjaga kelangsungan maupun eksistensi seseorang.
       Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
       Teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat teknik modern yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhead projector, TV, video, taperecorder, komputer, dan lain-lain. Dalam teknologi pendidikan alat-alat itu disebut hardware. Alat-alat itu baru bermanfaat bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini lazim disebut software. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun melalui prinsip-prinsip tertentu.
Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain dan/ atau dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar sumber-sumber belajar ini meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (setting).[3]
Teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.
Secara historis, istilah teknologi pendidikan (educational technology) dan teknologi pembelajaran (instructional technology) dimaknai oleh sebagian ahli pendidikan secara terpisah. Ada yang menyetujui penggunaan istilah “teknologi pendidikan”, dengan alasan bahwa kata “pendidikan” memberikan cakupan yang lebih luas daripada sekedar menggunakan kata “pembelajaran”. Selain itu mereka juga beranggapan bahwa kata “pendidikan” tersebut merujuk pada aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan sebagainya, sementara kalau hanya menggunakan istilah “pembelajaran”, tentu cakupannya hanya sebatas di lingkungan sekolah saja. Sedangkan bagi yang setuju dengan menggunakan istilah “teknologi pembelajaran” berpendapat bahwa kata pembelajaran lebih sesuai dengan fungsi teknologi, yakni berkenaan dengan permasalahan belajar dan mengajar, termasuk juga mencakup situasi pelatihan (training). Kedua kelompok ini sepertinya menggunakan alasan yang seimbang untuk membenarkan pendapat mereka masing-masing. [4]
Namun seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, perbedaan istilah tersebut telah menghilang. Sejak tahun 1994 istilah “Teknologi Pendidikan” dan “Teknologi Pembelajaran” dianggap sinonim dan digunakan secara bergantian oleh kebanyakan ahli pendidikan untuk menjelaskan penerapan proses dan sarana (tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan belajar dan pembelajaran.
       Sekarang yang menjadi persoalan sekaligus pertanyaan bagi kita tentunya adalah bagaimana dengan eksitensi pendidikan Islam dalam menghadapi arus perkembangan IPTEK yang sangat pesat. Bagaimanapun tampaknya pendidikan Islam terutama lembaganya dituntut untuk mampu mengadaptasikan di dunia dengan kondisi yang ada. Di samping dapat mengadaptasi dirinya, pendidikan Islam juga dituntut untuk menguasai IPTEK, dan kalau perlu merebutnya.
            Kenyataan untuk merebut teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut adalah sangat penting, sebab sekarang pembangunan nasional diarahkan dengan orientasi pada teknologi industri, dalam hal ini tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
            Prinsip yang dijadikan landasan teknologi dalam pembelajaran:
1.      Lingkungan senantiasa berubah.
2.      Jumlah penduduk semakin bertambah.
3.      Sumber-sumber sediakala semakin  terbatas.
4.      Hak setiap pribadi untuk perkembangan semaksimal mungkin.
5.      Masyarakat berbudaya teknologi.
Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian adalah 5 kawasan teknologi pendidikan yang harus dikembangkan untuk mengidentifikasi hubungan timbal balik dari teori dan praktik pembelajaran serta penelitian yang dilakukan untuk melihat kebenaran teori yang ada. Setiap kawasan dalam teknologi pendidikan memberikan kontribusi kepada pengembangan teori dan praktik dan sebaliknya teori dan praktik dijadikan pengembangan kawasan. Tiap kawasan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan sebagai suatu kegiatan yang sistematik. Hubungan antar kawasan ini bersifat saling melengkapi.
Penjelasan mengenai masing-masing kawasan/ ruang lingkup teknologi pendidikan adalah sebagai berikut:[5]
1.      Kawasan Desain
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik pembelajar.
2.      Kawasan Pengembangan
Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, di dalamnya meliputi: teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu.
3.      Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara pembelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran.
     Menurut Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie, ada lima prinsip yang harus diikuti untuk mencapai penguasaan IPTEK, yaitu:
a.    Melakukan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang IPTEK yang relevan dengan pembangunan bangsa.
b.    Mengembangkan konsep masyarakat teknologi dan industri serta melakukan usaha serius dalam merealisasikan konsep tersebut.
c.    Adanya tranfer, aplikasi dan pengembangan lebih jauh dari teknologi yang diarahkan pada pemecahan masalah-masalah nyata.
d.   Kemandirian teknologi, tanpa harus bergantung di luar negeri.
e.    Perlu adanya perlindungan terhadap teknologi yang dikembangkan di dalam negeri hingga mampu bersaing di arena Internasional.
     Sementara itu pendidikan Islam yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisis serta mengembangkan pemikiran, informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sama sebangun dengan nilai-nilai agama Islam dituntut harus mampu mengetengahkan perencanaan program-program dan aktifitas-aktifitas operasional kependidikan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK sebagaimana telah dideskripsikan di atas.
B. Teknologi Pendidikan dalam Pengembangan Pendidikan Islam
       Pendidikan Islam mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat signifikan dipertahankan atau dikembangkan. Hal ini mungkin dapat dilihat dari tataran filosofi atau konsepsual dan pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dalam waktu ke waktu telah mampu tumbuh di tengah-tengah dinamika masyarakat dan memberikan konstribusi sebagai berikut:
1.      Motivasi kreatifitas anak didik ke arah pengembangan IPTEK itu sendiri, di mana nilai-nilai Islam menjadi sumber acuannya.
2.      Mendidik keterampilan, memanfaatkan produk IPTEK bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada Khususnya.
3.      Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan IPTEK, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuan yang memegang otoritas IPTEK dalam bidang masing-masing.
4.      Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterprestasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni dan kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
C. Pengertian dan Ruang Lingkup Kinerja
       Akhir-akhir ini kinerja telah menjadi terminologi atau konsep yang sering dipakai orang dalam berbagai pembahasan dan pembicaraan, khususnya dalam kerangka mendorong keberhasilan organisasi atau sumber daya manusia. Terlebih, saat ini organisasi dihadapkan pada tantangan kompetisi yang tinggi; era kompetisi pasar global, kemajuan teknologi informasi, maupun tuntutan pelanggan atau pengguna jasa layanan yang semakin kritis.
       Bahkan, kinerja akan selalu menjadi isu aktual dalam organisasi karena-apa pun organisasinya-kinerja merupakan pertanyaan kunci terhadap efektivitas atau keberhasilan organisasi. Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik. Organisasi yang efektif atau berhasil akan ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak organisasi yang berhasil atau efektif karena ditopang oleh kinerja sumber daya manusia. Sebaliknya, tidak sedikit organisasi yang gagal karena faktor kinerja sumber daya manusia. Dengan demikian, ada kesesuaian antara keberhasilan organisasi atau kinerja organisasi dengan kinerja individu atau sumber daya manusia.
       Selama ini masih sering terjadi perbedaan pemahaman mengenai konsep kinerja. Di satu sisi, ada pemahaman konsep kinerja yang lebih memfokuskan pada konteks organisasi, tetapi di sisi lain ada yang lebih memfokuskan pada konteks individu atau sumber daya manusia. Bahkan, pencampuradukan pemahaman sering terjadi.
       Konsep kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran paradigma dari konsep produktivitas. Pada awalnya, orang sering kali menggunakan istilah produktivitas untuk menyatakan kemampuan seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuan atas sasaran tertentu. Menurut Andersen (1995), paradigma produktivitas yang baru adalah paradigma kinerja secara aktual yang menuntut pengukuran secara aktual keseluruhan kinerja organisasi, tidak yang efesiensi atau dimensi fisik, tetapi juga dimensi non fisik (intangible).
       Terkait dengan konsep kinerja, Rummler dan Branche (1995) mengemukakan ada 3 (tiga) level kinerja, yaitu:
1.      Kinerja organisasi; merupakan pencapaian hasil (outcome) pada level atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi, dan manajemen organisasi.
2.      Kinerja proses; merupakan kinerja pada proses tahap-tahap dalam menghasilkan produk atau pelayanan. Kinerja pada level proses ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan proses, dan manajemen proses.
3.      Kinerja individu/ pekerjaan; merupakan pencapaian atau efektivitas pada tingkat pegawai atau pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan serta karakteristik individu.
       Dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja sangat beragam. Akan tetapi, dari berbagai perbedaan pengertian, dapat dikategorikan dalam dua garis besar pengertian di bawah ini;
a.       Kinerja merujuk pengertian sebagai  hasil. Dalam konteks hasil, Bernardin (2001, 143) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang di produksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu. Dari definisi tersebut, Bernardin menekankan pengertian kinerja sebagai hasil, bukan karakter sifat (trait) dan perilaku. Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan efektivitas (Ricard, 2003). Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumber daya yang digunakan dalam produk itu (Miner, 1988).
b.      Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku. Terkait dengan kinerja sebagai perilaku, Murphy, 1990 (dalam Ricard, 2000) menyatakan bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja. Pengertian kinerja sebagai perilaku juga dikemukakan oleh Mohrman (1989), Campbell (1993), Cardy dan Dobbins (1994), Waldwan (1994)(dalam Ricard, 2002). Kinerja merupakan sinonim dengan perilaku. Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi. Dalam pengertian ini, kinerja mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja bukan konsekuensi atau hasil tindakan, tetapi tindakan itu sendiri (Campbell, 1993 dalam Ricard 2003).
D. Konteks Teknologi Kinerja
       1. Makna Human
                        Istilah ini merujuk pada konsep kinerja keseluruhan dalam suatu organisasi. Secara struktur, dalam organisasi terdapat kinerja manusia, kinerja organisasi, kinerja mesin, piranti atau komputer. Setiap kinerja berdampak terhadap peningkatan mutu organisasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, Indonesia mengalami kemunduran dalam dunia olahraga bulu tangkis. Kalimat ini merujuk pada kinerja bulu tangkis Indonesia. Kata Indonesia dalam pernyataan ini bukanlah arti dari Indonesia sebagai teritori, Negeri kepulauan, atau penduduk yang berjumlah lebih dari 200 juta orang. Makna Indonesia di sini adalah para pemain bulu tangkis, terdiri dari beberapa orang pemain dan pengurusnya yang mewakili Negara Indonesia. Tim Nasional bulu tangkis ini bertanding atas nama rakyat dan negara. Untuk itu, label Indonesia yang mereka sandang. Prestasi mereka sama dengan prestasi Indonesia dalam pengertian teritori dan penduduknya. Dalam hal ini, hanya tim tersebut yang berjuang dan memperlihatkan kinerja mereka.
       2. Makna Kinerja
Sesuatu yang dilakukan oleh karyawan, termasuk didalamnya adalah aspek kognitif atau berpikir, sikap, sisitem nilai yang dianutnya, keputusan, cara pandang, dan berinteraksi. Dalam bukunya, pershing, et al, menyebutkan bahwa tenaga terkait dengan kompetensi (keahlian, kemampuan, dan pengetahuan). Bagi organisasi ISPI, rumusan kinerja sederhana, menyangkut kegiatan dan hasil yang terukur. Rothwell dan kazanas, menyatakan pendapat mereka tentang kinerja secara menyeluruh. Pandangan mereka mencakup pencapaian seseorang karena ia telah menunjukan perilaku, keterampilan, sikap, sekaligus pengetahuannya. Selain itu, mereka menjelaskan perbedaan kinerja organisasi dan mesin atau peralatan.
       3. Makna Teknologi
                        Definisi teknologi yang dirumuskan dalam lingkup teknologi kinerja tidak berbeda dengan rumusan teknologi secar umum, atau dalam cakupan teknologi pendidikan. Teknologi terkait dengan prosedur, teknik serta temuan ilmiah yang dihasilka melalui serangkaian penelitian. Dan berdamapak pada penyelesaian masalah.



       4. Tempat Kerja dan Organisasi
Jika selama ini teknologi pendidikan/pembelajaran sering dikaitkan dengan lembaga pendidikan/sekolah, maka teknologi kinerja terkait dengan pemberdayaan melalui proses belajar di organisasi atau tempat bekerja seseorang. Teknologi kinerja membahas masalah belajar dan penyelenggaraannya bagi karyawan/pekerja dengan pendekatan secara individu atau tim. Konsep belajar untuk karyawan ini mendorong para ahli untuk mengadopsi prinsip belajar orang dewasa serta psikologi industri. Tentu saja dengan penerapan dua teori ini menyebabkan dua pertimbangan dan keputusan menentukan model, strategi, media pembelajaran atauassement belajar menjadi berbeda dibandingkan dalam menentukan model, strategi, media pembelajaran, dan assement bagi peserta didik di sekolah.
Selain itu, pengaruh sifat dan budaya setiap organisasi terlihat pula dalam menentukan pilihan pembelajaran. Teknologi pembelajaran sedah tentu perlu menyadari dan mengimplementasikan hal ini dalam memilih pendekatan yang cocok bagi kliennya.
       5. Karakteristik Teknologi Kinerja
Rumusan teknologi kinerja yaitu:
a.   Sistematis: mempunyai aturan, tata tertib, dan teratur dalam pelaksanaannya.
b.   Sistem: memandang kinerja dan prestasi seseorang di lembaga/ organisasi sebagai suatu sistem, yang dianalisis berdasarkan komponen didalamnya.
c.   Berdasarkan teori: sebagian pakar berpendapat bahawa teknologi kinerja berevolusi dari refleksi teknologi pembelajaran/pendidikan yang berprofesi di bisnis dan industri, melakukan penyesuaian pemikiran dan pemecahan masalah berdasarkan lingkungan kinerja mereka.
d.  Terbuka untuk berbagai pendekatan: penyeselaian masalah atau intervensi tidak berpihak atau menganut suatu media apapun, melainkan manfaat berbagai sumber yang tepat dan sesuai.
e.    Terpusat pada kemampuan seseorang dan sistem nilai: teknologi kinerja menelusuri teknik, cara, dan sumber yang tepat untuk meningkatkan mutu kinrja seseorang atau memberdayakan agar ia dapat berprestasi dan sukses, melalu sistem nilai yang berlaku di organisasi dan masyarakat umumnya.
Upaya menyesuaikan dengan organisasi menorong seorang teknolog kinerja untuk terbuka dan bekerja sama dengan semua pihak dan mengkaji seluruh elemen organisas seperti seleksi dan rekrutmen, insentif, peraturan dan kebijakan, dan sebagainya. Menekan atau efiiensi biaya pelatihan serta penyelenggaraan program pelatihan yang lebih selektif ini menjadi alasan keberadaan teknologi kinerja di organisasi, terutama organisasi yang berorientasi pada keuntungan. [5]
E. Meningkat Kinerja
Menurut Association for Educational Communications and Technology atau disingkat AECT (2004), Teknologi Pendidikan (TP) didefinisikan sebagai studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat, Jelas, tujuan utamanya yaitu untuk:
a.   Memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien dan menarik.
b.   Meningkatkan kinerja.
Dalam teknologi pendidikan improving performance atau diterjemahkan sebagai meningkatkan kinerja lebih sering merujuk pada suatu pernyataan mengenai keefektifan; bisa merupakan cara-cara yang diharapkan membawa hasil yang berkualitas, produk yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang efektif, dan perubahan-perubahan kompetensi yang dapat diterapkan di dunia nyata. Makna belajar itu pun merupakan suatu rangkaian proses interpretasi berdasarkan pengalaman yang telah ada, interpretasi tersebut kemudian dicocokan pengalaman-pengalaman baru.
Efektif sering kali berdampak pada efisiensi, yaitu hasil yang dicapai dengan penggunaan waktu, tenaga, dan biaya seminim mungkin. Namun apa yang dimaksud dengan efisien sangatlah tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Efisiensi dalam gerakan pengembangan instruksional sistematis didefinisikan sebagai menolong peserta didik mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang diukur dengan evaluasi terstruktur (tes, ulangan, dsb).  Oleh sebab itu proses kegiatan belajar dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sistematis. Pandangan ini berbeda dengan pendekatan cara belajar konstruktivis. Cara pandang konstruktivis menekankan pada posisi peserta didiklah yang menentukan tujuan mereka sendiri dan bagian apa yang hendak dipelajari.
Belajar yang benar dan berhasil adalah apabila ilmu pengetahuan dapat dipahami secara mendalam, dialami, dan diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah di dunia nyata, bukan berdasar hasil ujian atau ulangan. Konstruktivisme cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan belajar daripada pentahapan kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar ini merupakan konsteks yang kaya, baik dari landasan pengetahuan, masalah yang otentik, dan perangkat yang digunakan untuk memecahkan masalah. Itulah sebabnya efisiensi tergantung pada apa tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar.
Sementara kata performanceatau kinerja merujuk pada dua hal yang saling berkesinambungan:
a.   Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut dapat diaplikasikan secara nyata.
b.   Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik yang lebih mumpuni.Hasilnya mereka dapat menolong berbagai institusi mencapai tujuan dengan lebih baik.[6]
F. Teknologi Pendidikan dan Peningkatan Kinerja
Teknologi pendidikan dan peningkatan Kinerja Teknologi pendidikan masih merupakan pendekatan yang terbuka bagi berbagai-bagai pendirian.
       Mengajar dan belajar masih banyak mengandung hal-hal yang sebenarnya belum kita pahami sepenuhnya. Itu sebabnya terdapat berbagai teori tentang belajar yang belum dapat dipadukan menjadi satu teori belajar yang uniform. Juga belum diketahui dengan pasti bagaimana merumuskan tujuan khusus, cara menyampaikan bahan pelajaran yang paling serasi. Masih belum ada keyakinan, hingga manakah kita dapat mengukur hasil mengajar khususnya  tujuan pendidikan yang mengenai perkembangan kepribadian anak antara lain dalam bidang efektif. Banyak lagi hal-hal dalam situasi belajar yang belum kita ketahui dengan jelas apa pengaruhnya terhadap hasil belajar, demikian pula belum mengetahui peranan perbedaan individual dalam proses belajar. Justru karena itulah aliran teknologi pendidikan mendorong para pengajar untuk lebih memandang kegiatan mengajar ini sebagai masalah dan berusaha memecahkannya secara ilmiah berdasarkan penelitian. Ini menuntut agar tiap guru sedikit banyak sedikit menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, bersedia mencari jalan-jalan baru untuk senantiasa meningkatkan keahliannya dalam profesinya.
       Teknologi tidak merupakan kunci kearah sukses yang pasti dalam pendidikan. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukkan sesuatu prosedur atau metodologi yang dapat diterapkan dalam pendidikan. Teknologi pendidikan dalah suatu teori yang mempunyai sejumlah hipotedsis. Teknologi pendidikan dapat juga dipandang sebagai suatu gerakkan dalam pendidikan yang diikuti oleh guru-guru yang merasakan bahwa mengajar hingga kini masih dilakukkan secara semberono, asal-asal saja, tanpa dasar yang kokoh, menurut selera masing-masing. Maka teknologi pendidikan merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki metode mengajar dengan menggunakan prinsip-porinsip ilmiah yang membuktikan keberhasilan dalam bidang-bidang lain.
G. Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
       Untuk menerapkan teknologi pendidikan dalam sebuah sistem maupun lembaga pendidikankhususnyapendidikan Islam, tentunyadibutuhkanseorangpendidikataupelaksanapendidikan yang mempunyaikemampuandalambeberapabidangsebagaiberikut:
a.     Perancang proses dansumberbelajar; dimanalingkuppekerjaannyameliputiperancangansistempembelajaran, desainpesan, strategipembelajarandankarakteristikpebelajar
b.     Pengembangan proses dansumberbelajar; dimanalingkuppekerjaannyameliputipengembanganteknologicetak, teknologi audiovisual, teknologiberbasis computer, teknologiterpadu.
c.     Pemanfaatan/penggunaan proses dansumberbelajar; dimanalingkuppekerjaannyameliputipemanfaatan media pembelajaran, difusiinovasipendidikan, implementasidaninstitutionalisasisertapenerapankebijakandanregulasipendidikan.
d.     Pengelola proses dansumberbelajar; denganlingkuppekerjaanmeliputipengelolaanproyek, pengelolaansisteminformasipendidikan.
e.     Evaluasi/ penilaian; denganlingkuppekerjaanmeliputimelakukananalisismasalah, pengukuranacuanpatokan, evaluasiformatif, evaluasisumatif.
Apabilasebuahlembagapendidikan Islam mempunyaitenaga yang kompetendalambeberapabidang di atas, makaakanlebihmudahbagilembagatersebutuntukmenerapkanteknologipendidikansecaramaksimalsertamemperolehhasil yang maksimaljuga. Dengandemikian, mutudaripendidikan Islam tidakakandipandangremehataudinomorduakansetelahpendidikanumum.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
       Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain dan/ atau dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar sumber-sumber belajar ini meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (setting).
       Hal ini mungkin dapat dilihat dari tataran filosofi atau konsepsual dan pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dalam waktu ke waktu telah mampu tumbuh di tengah-tengah dinamika masyarakat dan memberikan konstribusi sebagai berikut:
1.      Motivasi kreatifitas anak didik ke arah pengembangan IPTEK itu sendiri, di mana nilai-nilai Islam menjadi sumber acuannya.
2.      Mendidik keterampilan, memanfaatkan produk IPTEK bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada Khususnya.
3.      Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan IPTEK, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuan yang memegang otoritas IPTEK dalam bidang masing-masing.
4.      Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterprestasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni dan kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.


       Konteks Teknologi Kinerja
1. Makna Human
2. Makna Kinerja
3. Makna Teknologi
4. Tempat Kerja dan Organisasi
5. Karakteristik Teknologi kinerja
Sementara kata performanceatau kinerja merujuk pada dua hal yang saling berkesinambungan:
a.       Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut dapat diaplikasikan secara nyata.
b.       Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik yang lebih mumpuni.Hasilnya mereka dapat menolong berbagai institusi mencapai tujuan dengan lebih baik
Mengajar dan belajar masih banyak mengandung hal-hal yang sebenarnya belum kita pahami sepenuhnya. Itu sebabnya terdapat berbagai teori tentang belajar yang belum dapat dipadukan menjadi satu teori belajar yang uniform. Juga belum diketahui dengan pasti bagaimana merumuskan tujuan khusus, cara menyampaikan bahan pelajaran yang paling serasi. Masih belum ada keyakinan, hingga manakah kita dapat mengukur hasil mengajar khususnya  tujuan pendidikan yang mengenai perkembangan kepribadian anak antara lain dalam bidang efektif. Banyak lagi hal-hal dalam situasi belajar yang belum kita ketahui dengan jelas apa pengaruhnya terhadap hasil belajar, demikian pula belum mengetahui peranan perbedaan individual dalam proses belajar. Justru karena itulah aliran teknologi pendidikan mendorong para pengajar untuk lebih memandang kegiatan mengajar ini sebagai masalah dan berusaha memecahkannya secara ilmiah berdasarkan penelitian. Ini menuntut agar tiap guru sedikit banyak sedikit menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, bersedia mencari jalan-jalan baru untuk senantiasa meningkatkan keahliannya dalam profesinya.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan dimaklumi. Untuk itu kritikan dan saran bagi pembaca sangat diharapkan.








DAFTAR PUSTAKA

http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/06/meningkatkan-kinerja-dalam-konteks-teknologi-pendidikan/ diakses pada hari rabu, jam 13:35, tanggal 1 maret 2017.
Nasution. 2012. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Salma Prawiradiraga, Dewi. 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.



No comments:

Post a Comment