Makalah teknologi pendidikan islam
Peningkatan kinerja (facilitating
learning) teknologi pendidikan islam
Kelompok: 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan
teknologi informasi berjalan sangat cepat. Seiring dengan perkembangan
teknologi, penyimpanan dan pengiriman data semakin murah dan semakin baik
kualitasnya. Baik individu, institusi, lembaga pendidikan, maupun pemerintah
ikut melakukan berbagai upaya untuk memanfaatkan perkembangan teknologi. Bahkan
dalam dunia pendidikan Islam, sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi
tersebut.
Teknologi
akan memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan
dengan semakin tingginya kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
semuanya diperoleh dalam lingkungan sekolah. Demikian pula pada saat melakukan
pertukaran data dan informasi antar sekolah, sekolah dengan masyarakat, sekolah
dengan pemerintah daerah dan pusat, utamanya dalam pendidikan Islam dan
lain-lain, semuanya akan lebih efektif dan efisien jika memanfaatkan teknologi
dalam kemjuan pendidikan tersebut.[1]
Dalam
dunia pendidikan, penggunaan teknologi memberikan dampak positif dan
negatif. Adapun dampak positifnya, antara lain adalah dapat mempermudah
pengajar dalam menyampaikan materi dengan cara yang tidak manual lagi. Dengan
menggunakan teknologi, kita juga dapat memberikan gambaran yang lebih konkret
ketika menyampaikan materi tentang suatu hal. Dan dampak yang lain adalah dapat
mempermudah kita dalam memproses informasi, misalnya dengan pemanfaatan
internet.
Sedangkan
dampak negatif dari penggunaan teknologi dalam pendidikan antara lain adalah,
adanya gangguan teknis yang menjadikan proses pembelajaran menjadi terganggu.
Dalam hal ini bila ternyata teknologi yang kita gunakan tidak lagi membantu.
Misalnya jika dalam proses pembelajaran yang memanfaatkan LCD tiba-tiba listrik
mati, maka akan menyulitkan kita untuk menyampaikan materi yang telah
disiapkan. Dampak negatif lainnya adalah, akibat kemajuan teknologi, individu
cenderung bersifat individualis dan kurang dalam kehidupan bersosialisasi. Dan
terkadang sebagian individu sering menyalahgunakan teknologi, sehingga membuang
waktunya dengan kegiatan yang kurang bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Teknologi Pendidikan?
2.
Bagaimana Teknologi Pendidikan dalam pengembangan
pendidikan Islam?
3.
Apa pengertian dan ruang lingkup dari Kinerja?
4.
Apa konteks Teknologi Kinerja?
5.
Bagaimana meningkatkan Kinerja?
6. Bagaimana teknologi pendidikan dan peningkatan
Kinerja?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui makna teknologi
pendidikan.
2.
Untuk mengetahui cara
teknologi pendidikan dalam pengembangan pendidikan Islam.
3.
Untuk mengetahui makna dan ruang lingkup kinerja.
4.
Untuk mengetahui konteks
teknologi kinerja.
5.
Untuk mengetahui cara
meningkatkan kinerja.
6.
Untuk mengetahui teknologi
pendidikan dan peningkatan kinerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang
menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau
penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan technesebagai
dasar kata teknologi berarti art, skilll, science atau
keahlian, ketrampilan, ilmu.[2]
Dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata education yang
dapat diartikan upbringing (pengembangan), teaching(pengajaran), instruction (perintah), pedagogy (pembinaan
kepribadian), breeding (memberi makan), raising (of
animal) (menumbuhkan). Dalam bahasa Arab, kata pendidikan merupakan
terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat diartikan proses
menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seseorang, baik
secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Selain itu kata tarbiyah juga
dapat berarti menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, memperbaiki (ashlaha),
menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh,
memiliki, mengatur, dan menjaga kelangsungan maupun eksistensi seseorang.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Teknologi
pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat teknik modern
yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhead
projector, TV, video, taperecorder, komputer, dan lain-lain. Dalam teknologi
pendidikan alat-alat itu disebut hardware. Alat-alat itu baru bermanfaat bila
dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini lazim disebut
software. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus
disusun melalui prinsip-prinsip tertentu.
Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan
terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk
menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia, serta
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.
Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua
sumber belajar yang didesain dan/ atau dipilih dan/atau digunakan untuk
keperluan belajar sumber-sumber belajar ini meliputi: pesan, orang, bahan,
peralatan, teknik dan latar (setting).[3]
Teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran
dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam
teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi
sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat
pembelajaran lebih efektif.
Secara historis, istilah teknologi pendidikan (educational
technology) dan teknologi pembelajaran (instructional technology)
dimaknai oleh sebagian ahli pendidikan secara terpisah. Ada yang menyetujui
penggunaan istilah “teknologi pendidikan”, dengan alasan bahwa kata
“pendidikan” memberikan cakupan yang lebih luas daripada sekedar menggunakan
kata “pembelajaran”. Selain itu mereka juga beranggapan bahwa kata “pendidikan”
tersebut merujuk pada aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar di
rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan sebagainya, sementara kalau hanya
menggunakan istilah “pembelajaran”, tentu cakupannya hanya sebatas di
lingkungan sekolah saja. Sedangkan bagi yang setuju dengan menggunakan istilah
“teknologi pembelajaran” berpendapat bahwa kata pembelajaran lebih sesuai
dengan fungsi teknologi, yakni berkenaan dengan permasalahan belajar dan
mengajar, termasuk juga mencakup situasi pelatihan (training). Kedua kelompok
ini sepertinya menggunakan alasan yang seimbang untuk membenarkan pendapat
mereka masing-masing. [4]
Namun seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, perbedaan istilah
tersebut telah menghilang. Sejak tahun 1994 istilah “Teknologi Pendidikan” dan
“Teknologi Pembelajaran” dianggap sinonim dan digunakan secara bergantian oleh
kebanyakan ahli pendidikan untuk menjelaskan penerapan proses dan sarana (tools)
teknologi dalam memecahkan permasalahan belajar dan pembelajaran.
Sekarang yang menjadi persoalan
sekaligus pertanyaan bagi kita tentunya adalah bagaimana dengan eksitensi
pendidikan Islam dalam menghadapi arus perkembangan IPTEK yang sangat pesat. Bagaimanapun
tampaknya pendidikan Islam terutama lembaganya dituntut untuk mampu
mengadaptasikan di dunia dengan kondisi yang ada. Di samping dapat mengadaptasi
dirinya, pendidikan Islam juga dituntut untuk menguasai IPTEK, dan kalau perlu
merebutnya.
Kenyataan
untuk merebut teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut adalah sangat penting,
sebab sekarang pembangunan nasional diarahkan dengan orientasi pada teknologi
industri, dalam hal ini tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Prinsip yang dijadikan landasan teknologi
dalam pembelajaran:
1.
Lingkungan senantiasa berubah.
2.
Jumlah penduduk semakin bertambah.
3.
Sumber-sumber sediakala semakin terbatas.
4.
Hak setiap pribadi untuk perkembangan semaksimal mungkin.
5.
Masyarakat berbudaya teknologi.
Desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian adalah 5 kawasan teknologi
pendidikan yang harus dikembangkan untuk mengidentifikasi hubungan timbal balik
dari teori dan praktik pembelajaran serta penelitian yang dilakukan untuk
melihat kebenaran teori yang ada. Setiap kawasan dalam teknologi pendidikan
memberikan kontribusi kepada pengembangan teori dan praktik dan sebaliknya
teori dan praktik dijadikan pengembangan kawasan. Tiap kawasan tidak dapat
berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan sebagai suatu kegiatan yang
sistematik. Hubungan antar kawasan ini bersifat saling melengkapi.
Penjelasan
mengenai masing-masing kawasan/ ruang lingkup teknologi pendidikan adalah
sebagai berikut:[5]
1. Kawasan Desain
Yang
dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar
dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain paling
tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: desain sistem
pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik
pembelajar.
2. Kawasan Pengembangan
Pengembangan
adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, di
dalamnya meliputi: teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis
komputer, dan teknologi terpadu.
3.
Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan
adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi
pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara pembelajar dengan
bahan atau sistem pembelajaran.
Menurut Prof. Dr. Ing. BJ.
Habibie, ada lima prinsip yang harus diikuti untuk mencapai penguasaan IPTEK,
yaitu:
a.
Melakukan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
(SDM) dalam bidang IPTEK yang relevan dengan pembangunan bangsa.
b.
Mengembangkan konsep masyarakat teknologi dan industri
serta melakukan usaha serius dalam merealisasikan konsep tersebut.
c.
Adanya tranfer, aplikasi dan pengembangan lebih jauh dari
teknologi yang diarahkan pada pemecahan masalah-masalah nyata.
d.
Kemandirian teknologi, tanpa harus bergantung di luar
negeri.
e.
Perlu adanya perlindungan terhadap teknologi yang
dikembangkan di dalam negeri hingga mampu bersaing di arena Internasional.
Sementara itu pendidikan Islam
yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisis serta mengembangkan pemikiran,
informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sama sebangun dengan nilai-nilai
agama Islam dituntut harus mampu mengetengahkan perencanaan program-program dan
aktifitas-aktifitas operasional kependidikan, terutama yang berkaitan dengan
pengembangan dan pemanfaatan IPTEK sebagaimana telah dideskripsikan di atas.
B. Teknologi Pendidikan dalam Pengembangan
Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat signifikan dipertahankan atau
dikembangkan. Hal ini mungkin dapat dilihat dari tataran filosofi atau
konsepsual dan pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
dalam waktu ke waktu telah mampu tumbuh di tengah-tengah dinamika masyarakat
dan memberikan konstribusi sebagai berikut:
1. Motivasi kreatifitas anak didik ke arah
pengembangan IPTEK itu sendiri, di mana nilai-nilai Islam menjadi sumber
acuannya.
2. Mendidik keterampilan, memanfaatkan produk
IPTEK bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada
Khususnya.
3. Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran
agama dan IPTEK, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuan yang memegang
otoritas IPTEK dalam bidang masing-masing.
4. Menanamkan sikap dan wawasan yang luas
terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan
menginterprestasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni dan
kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
C. Pengertian dan Ruang Lingkup Kinerja
Akhir-akhir
ini kinerja telah menjadi terminologi atau konsep yang sering dipakai orang
dalam berbagai pembahasan dan pembicaraan, khususnya dalam kerangka mendorong
keberhasilan organisasi atau sumber daya manusia. Terlebih, saat ini organisasi
dihadapkan pada tantangan kompetisi yang tinggi; era kompetisi pasar global,
kemajuan teknologi informasi, maupun tuntutan pelanggan atau pengguna jasa
layanan yang semakin kritis.
Bahkan,
kinerja akan selalu menjadi isu aktual dalam organisasi karena-apa pun
organisasinya-kinerja merupakan pertanyaan kunci terhadap efektivitas atau
keberhasilan organisasi. Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan
organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik.
Organisasi yang efektif atau berhasil akan ditopang oleh sumber daya manusia
yang berkualitas. Banyak organisasi yang berhasil atau efektif karena ditopang
oleh kinerja sumber daya manusia. Sebaliknya, tidak sedikit organisasi yang
gagal karena faktor kinerja sumber daya manusia. Dengan demikian, ada
kesesuaian antara keberhasilan organisasi atau kinerja organisasi dengan
kinerja individu atau sumber daya manusia.
Selama ini masih sering terjadi
perbedaan pemahaman mengenai konsep kinerja. Di satu sisi, ada pemahaman konsep
kinerja yang lebih memfokuskan pada konteks organisasi, tetapi di sisi lain ada
yang lebih memfokuskan pada konteks individu atau sumber daya manusia. Bahkan,
pencampuradukan pemahaman sering terjadi.
Konsep
kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran paradigma dari konsep
produktivitas. Pada awalnya, orang sering kali menggunakan istilah
produktivitas untuk menyatakan kemampuan seseorang atau organisasi dalam
mencapai tujuan atas sasaran tertentu. Menurut Andersen (1995), paradigma
produktivitas yang baru adalah paradigma kinerja secara aktual yang menuntut
pengukuran secara aktual keseluruhan kinerja organisasi, tidak yang efesiensi
atau dimensi fisik, tetapi juga dimensi non fisik (intangible).
Terkait dengan konsep kinerja, Rummler dan
Branche (1995) mengemukakan ada 3 (tiga) level kinerja, yaitu:
1. Kinerja organisasi; merupakan pencapaian hasil
(outcome) pada level atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level
organisasi ini terkait dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi, dan
manajemen organisasi.
2. Kinerja proses; merupakan kinerja pada proses
tahap-tahap dalam menghasilkan produk atau pelayanan. Kinerja pada level proses
ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan proses, dan manajemen proses.
3. Kinerja individu/ pekerjaan; merupakan
pencapaian atau efektivitas pada tingkat pegawai atau pekerjaan. Kinerja pada
level ini dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan manajemen
pekerjaan serta karakteristik individu.
Dalam berbagai literatur,
pengertian tentang kinerja sangat beragam. Akan tetapi, dari berbagai perbedaan
pengertian, dapat dikategorikan dalam dua garis besar pengertian di bawah ini;
a.
Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil. Dalam konteks hasil, Bernardin (2001,
143) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang di produksi
(dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama
periode waktu tertentu. Dari definisi tersebut, Bernardin menekankan pengertian
kinerja sebagai hasil, bukan karakter sifat (trait) dan perilaku.
Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan
efektivitas (Ricard, 2003). Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumber
daya yang digunakan dalam produk itu (Miner, 1988).
b.
Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku. Terkait
dengan kinerja sebagai perilaku, Murphy, 1990 (dalam Ricard, 2000) menyatakan
bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan
organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja. Pengertian kinerja
sebagai perilaku juga dikemukakan oleh Mohrman (1989), Campbell (1993), Cardy
dan Dobbins (1994), Waldwan (1994)(dalam Ricard, 2002). Kinerja merupakan
sinonim dengan perilaku. Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual orang
kerjakan dan dapat diobservasi. Dalam pengertian ini, kinerja mencakup
tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja
bukan konsekuensi atau hasil tindakan, tetapi tindakan itu sendiri (Campbell,
1993 dalam Ricard 2003).
D. Konteks Teknologi Kinerja
1.
Makna Human
Istilah ini merujuk pada konsep kinerja
keseluruhan dalam suatu organisasi. Secara struktur, dalam organisasi terdapat
kinerja manusia, kinerja organisasi, kinerja mesin, piranti atau komputer.
Setiap kinerja berdampak terhadap peningkatan mutu organisasi secara
keseluruhan. Sebagai contoh, Indonesia mengalami kemunduran dalam dunia olahraga
bulu tangkis. Kalimat ini merujuk pada kinerja bulu tangkis Indonesia. Kata
Indonesia dalam pernyataan ini bukanlah arti dari Indonesia sebagai teritori,
Negeri kepulauan, atau penduduk yang berjumlah lebih dari 200 juta orang. Makna
Indonesia di sini adalah para pemain bulu tangkis, terdiri dari beberapa orang
pemain dan pengurusnya yang mewakili Negara Indonesia. Tim Nasional bulu
tangkis ini bertanding atas nama rakyat dan negara. Untuk itu, label Indonesia
yang mereka sandang. Prestasi mereka sama dengan prestasi Indonesia dalam
pengertian teritori dan penduduknya. Dalam hal ini, hanya tim tersebut yang
berjuang dan memperlihatkan kinerja mereka.
2.
Makna Kinerja
Sesuatu yang
dilakukan oleh karyawan, termasuk didalamnya adalah aspek kognitif atau
berpikir, sikap, sisitem nilai yang dianutnya, keputusan, cara pandang, dan
berinteraksi. Dalam bukunya, pershing, et al, menyebutkan
bahwa tenaga terkait dengan kompetensi (keahlian, kemampuan, dan pengetahuan).
Bagi organisasi ISPI, rumusan kinerja sederhana, menyangkut kegiatan dan hasil
yang terukur. Rothwell dan kazanas, menyatakan pendapat mereka tentang kinerja
secara menyeluruh. Pandangan mereka mencakup pencapaian seseorang karena ia
telah menunjukan perilaku, keterampilan, sikap, sekaligus pengetahuannya.
Selain itu, mereka menjelaskan perbedaan kinerja organisasi dan mesin atau
peralatan.
3.
Makna Teknologi
Definisi teknologi yang dirumuskan dalam lingkup teknologi
kinerja tidak berbeda dengan rumusan teknologi secar umum, atau dalam cakupan
teknologi pendidikan. Teknologi terkait dengan prosedur, teknik serta temuan
ilmiah yang dihasilka melalui serangkaian penelitian. Dan berdamapak pada
penyelesaian masalah.
4.
Tempat Kerja dan Organisasi
Jika selama
ini teknologi pendidikan/pembelajaran sering dikaitkan dengan lembaga
pendidikan/sekolah, maka teknologi kinerja terkait dengan pemberdayaan melalui
proses belajar di organisasi atau tempat bekerja seseorang. Teknologi kinerja
membahas masalah belajar dan penyelenggaraannya bagi karyawan/pekerja dengan
pendekatan secara individu atau tim. Konsep belajar untuk karyawan ini
mendorong para ahli untuk mengadopsi prinsip belajar orang dewasa serta
psikologi industri. Tentu saja dengan penerapan dua teori ini menyebabkan dua
pertimbangan dan keputusan menentukan model, strategi, media pembelajaran atauassement belajar
menjadi berbeda dibandingkan dalam menentukan model, strategi, media
pembelajaran, dan assement bagi peserta didik di sekolah.
Selain itu,
pengaruh sifat dan budaya setiap organisasi terlihat pula dalam menentukan
pilihan pembelajaran. Teknologi pembelajaran sedah tentu perlu menyadari dan
mengimplementasikan hal ini dalam memilih pendekatan yang cocok bagi kliennya.
5.
Karakteristik Teknologi Kinerja
Rumusan
teknologi kinerja yaitu:
a. Sistematis:
mempunyai aturan, tata tertib, dan teratur dalam pelaksanaannya.
b. Sistem:
memandang kinerja dan prestasi seseorang di lembaga/ organisasi sebagai suatu
sistem, yang dianalisis berdasarkan komponen didalamnya.
c. Berdasarkan
teori: sebagian pakar berpendapat bahawa teknologi kinerja berevolusi dari
refleksi teknologi pembelajaran/pendidikan yang berprofesi di bisnis dan
industri, melakukan penyesuaian pemikiran dan pemecahan masalah berdasarkan
lingkungan kinerja mereka.
d. Terbuka untuk
berbagai pendekatan: penyeselaian masalah atau intervensi tidak berpihak atau
menganut suatu media apapun, melainkan manfaat berbagai sumber yang tepat dan
sesuai.
e. Terpusat
pada kemampuan seseorang dan sistem nilai: teknologi kinerja menelusuri teknik,
cara, dan sumber yang tepat untuk meningkatkan mutu kinrja seseorang atau
memberdayakan agar ia dapat berprestasi dan sukses, melalu sistem nilai yang
berlaku di organisasi dan masyarakat umumnya.
Upaya
menyesuaikan dengan organisasi menorong seorang teknolog kinerja untuk terbuka dan bekerja sama dengan
semua pihak dan mengkaji seluruh elemen organisas seperti seleksi dan
rekrutmen, insentif, peraturan dan kebijakan, dan sebagainya. Menekan atau efiiensi
biaya pelatihan serta penyelenggaraan program pelatihan yang lebih selektif ini
menjadi alasan keberadaan teknologi kinerja di organisasi, terutama organisasi
yang berorientasi pada keuntungan. [5]
E. Meningkat Kinerja
Menurut
Association for Educational Communications and Technology atau disingkat AECT
(2004), Teknologi Pendidikan (TP) didefinisikan sebagai studi dan praktek etis
dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber
teknologi yang tepat, Jelas, tujuan utamanya yaitu untuk:
a. Memecahkan
masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien dan
menarik.
b. Meningkatkan
kinerja.
Dalam
teknologi pendidikan improving performance atau
diterjemahkan sebagai meningkatkan kinerja lebih sering merujuk pada suatu
pernyataan mengenai keefektifan; bisa merupakan cara-cara yang diharapkan
membawa hasil yang berkualitas, produk yang diharapkan dapat menciptakan proses
belajar yang efektif, dan perubahan-perubahan kompetensi yang dapat diterapkan
di dunia nyata. Makna belajar itu pun merupakan suatu rangkaian proses
interpretasi berdasarkan pengalaman yang telah ada, interpretasi tersebut
kemudian dicocokan pengalaman-pengalaman baru.
Efektif sering
kali berdampak pada efisiensi, yaitu hasil yang dicapai dengan penggunaan
waktu, tenaga, dan biaya seminim mungkin. Namun apa yang dimaksud dengan
efisien sangatlah tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Efisiensi dalam
gerakan pengembangan instruksional sistematis didefinisikan sebagai menolong
peserta didik mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang
diukur dengan evaluasi terstruktur (tes, ulangan, dsb). Oleh sebab itu
proses kegiatan belajar dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sistematis.
Pandangan ini berbeda dengan pendekatan cara belajar konstruktivis. Cara
pandang konstruktivis menekankan pada posisi peserta didiklah yang menentukan
tujuan mereka sendiri dan bagian apa yang hendak dipelajari.
Belajar yang
benar dan berhasil adalah apabila ilmu pengetahuan dapat dipahami secara
mendalam, dialami, dan diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah di dunia
nyata, bukan berdasar hasil ujian atau ulangan. Konstruktivisme cenderung
mempersoalkan perancangan lingkungan belajar daripada pentahapan kegiatan
pembelajaran. Lingkungan belajar ini merupakan konsteks yang kaya, baik dari
landasan pengetahuan, masalah yang otentik, dan perangkat yang digunakan untuk
memecahkan masalah. Itulah sebabnya efisiensi tergantung pada apa tujuan yang
hendak dicapai dalam proses belajar.
Sementara
kata performanceatau kinerja merujuk pada dua hal yang saling
berkesinambungan:
a. Kemampuan
peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah
dicapainya; bukan sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun
pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut dapat
diaplikasikan secara nyata.
b. Selain
menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih baik, alat dan ide-ide
teknologi pendidikan dapat membantu para guru maupun perancang pembelajaran
menjadi tenaga pendidik yang lebih mumpuni.Hasilnya mereka dapat menolong
berbagai institusi mencapai tujuan dengan lebih baik.[6]
F. Teknologi Pendidikan dan Peningkatan Kinerja
Teknologi pendidikan dan peningkatan Kinerja Teknologi pendidikan masih merupakan pendekatan yang
terbuka bagi berbagai-bagai pendirian.
Mengajar dan
belajar masih banyak mengandung hal-hal yang sebenarnya belum kita pahami
sepenuhnya. Itu sebabnya terdapat berbagai teori tentang belajar yang belum
dapat dipadukan menjadi satu teori belajar yang uniform. Juga belum diketahui
dengan pasti bagaimana merumuskan tujuan khusus, cara menyampaikan bahan
pelajaran yang paling serasi. Masih belum ada keyakinan, hingga manakah kita
dapat mengukur hasil mengajar khususnya
tujuan pendidikan yang mengenai perkembangan kepribadian anak antara
lain dalam bidang efektif. Banyak lagi hal-hal dalam situasi belajar yang belum
kita ketahui dengan jelas apa pengaruhnya terhadap hasil belajar, demikian pula
belum mengetahui peranan perbedaan individual dalam proses belajar. Justru
karena itulah aliran teknologi pendidikan mendorong para pengajar untuk lebih
memandang kegiatan mengajar ini sebagai masalah dan berusaha memecahkannya
secara ilmiah berdasarkan penelitian. Ini menuntut agar tiap guru sedikit banyak
sedikit menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, bersedia mencari
jalan-jalan baru untuk senantiasa meningkatkan keahliannya dalam profesinya.
Teknologi
tidak merupakan kunci kearah sukses yang pasti dalam pendidikan. Akan tetapi
teknologi pendidikan menunjukkan sesuatu prosedur atau metodologi yang dapat
diterapkan dalam pendidikan. Teknologi pendidikan dalah suatu teori yang
mempunyai sejumlah hipotedsis. Teknologi pendidikan dapat juga dipandang
sebagai suatu gerakkan dalam pendidikan yang diikuti oleh guru-guru yang
merasakan bahwa mengajar hingga kini masih dilakukkan secara semberono,
asal-asal saja, tanpa dasar yang kokoh, menurut selera masing-masing. Maka
teknologi pendidikan merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki metode
mengajar dengan menggunakan prinsip-porinsip ilmiah yang membuktikan
keberhasilan dalam bidang-bidang lain.
G. Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Untuk menerapkan teknologi pendidikan dalam sebuah sistem maupun lembaga pendidikankhususnyapendidikan
Islam, tentunyadibutuhkanseorangpendidikataupelaksanapendidikan yang
mempunyaikemampuandalambeberapabidangsebagaiberikut:
a. Perancang proses dansumberbelajar;
dimanalingkuppekerjaannyameliputiperancangansistempembelajaran, desainpesan,
strategipembelajarandankarakteristikpebelajar
b. Pengembangan
proses dansumberbelajar;
dimanalingkuppekerjaannyameliputipengembanganteknologicetak, teknologi
audiovisual, teknologiberbasis computer, teknologiterpadu.
c. Pemanfaatan/penggunaan
proses dansumberbelajar; dimanalingkuppekerjaannyameliputipemanfaatan media
pembelajaran, difusiinovasipendidikan,
implementasidaninstitutionalisasisertapenerapankebijakandanregulasipendidikan.
d. Pengelola
proses dansumberbelajar; denganlingkuppekerjaanmeliputipengelolaanproyek,
pengelolaansisteminformasipendidikan.
e. Evaluasi/
penilaian; denganlingkuppekerjaanmeliputimelakukananalisismasalah,
pengukuranacuanpatokan, evaluasiformatif, evaluasisumatif.
Apabilasebuahlembagapendidikan
Islam mempunyaitenaga yang kompetendalambeberapabidang di atas,
makaakanlebihmudahbagilembagatersebutuntukmenerapkanteknologipendidikansecaramaksimalsertamemperolehhasil
yang maksimaljuga. Dengandemikian, mutudaripendidikan Islam
tidakakandipandangremehataudinomorduakansetelahpendidikanumum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknologi
pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi:
manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang
menyangkut semua aspek belajar manusia, serta merancang, melaksanakan, menilai
dan mengelola pemecahan masalah tersebut. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan
masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain dan/ atau
dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar sumber-sumber belajar ini
meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (setting).
Hal ini mungkin dapat dilihat
dari tataran filosofi atau konsepsual dan pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang dalam waktu ke waktu telah mampu tumbuh di tengah-tengah
dinamika masyarakat dan memberikan konstribusi sebagai berikut:
1. Motivasi kreatifitas anak didik ke arah
pengembangan IPTEK itu sendiri, di mana nilai-nilai Islam menjadi sumber
acuannya.
2. Mendidik keterampilan, memanfaatkan produk
IPTEK bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada
Khususnya.
3. Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran
agama dan IPTEK, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuan yang memegang
otoritas IPTEK dalam bidang masing-masing.
4. Menanamkan sikap dan wawasan yang luas
terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan
menginterprestasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni dan
kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
Konteks
Teknologi Kinerja
1. Makna Human
2. Makna Kinerja
3. Makna Teknologi
4. Tempat Kerja dan Organisasi
5. Karakteristik Teknologi kinerja
Sementara
kata performanceatau kinerja merujuk pada dua hal yang saling
berkesinambungan:
a. Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan
mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan sekedar mendapat
pengetahuan kemudian stagnan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan
kompetensi tersebut dapat diaplikasikan secara nyata.
b. Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang
lebih baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para guru
maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik yang lebih
mumpuni.Hasilnya mereka dapat menolong berbagai institusi mencapai tujuan
dengan lebih baik
Mengajar dan
belajar masih banyak mengandung hal-hal yang sebenarnya belum kita pahami
sepenuhnya. Itu sebabnya terdapat berbagai teori tentang belajar yang belum
dapat dipadukan menjadi satu teori belajar yang uniform. Juga belum diketahui
dengan pasti bagaimana merumuskan tujuan khusus, cara menyampaikan bahan
pelajaran yang paling serasi. Masih belum ada keyakinan, hingga manakah kita
dapat mengukur hasil mengajar khususnya
tujuan pendidikan yang mengenai perkembangan kepribadian anak antara
lain dalam bidang efektif. Banyak lagi hal-hal dalam situasi belajar yang belum
kita ketahui dengan jelas apa pengaruhnya terhadap hasil belajar, demikian pula
belum mengetahui peranan perbedaan individual dalam proses belajar. Justru karena
itulah aliran teknologi pendidikan mendorong para pengajar untuk lebih
memandang kegiatan mengajar ini sebagai masalah dan berusaha memecahkannya
secara ilmiah berdasarkan penelitian. Ini menuntut agar tiap guru sedikit
banyak sedikit menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, bersedia
mencari jalan-jalan baru untuk senantiasa meningkatkan keahliannya dalam
profesinya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca, apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan
dimaklumi. Untuk itu kritikan dan saran bagi pembaca sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/06/meningkatkan-kinerja-dalam-konteks-teknologi-pendidikan/
diakses pada hari rabu, jam 13:35, tanggal 1 maret 2017.
Nasution. 2012. Teknologi Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Salma
Prawiradiraga, Dewi. 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
No comments:
Post a Comment