Nilai-nilai
(Values) Teknologi Pendidikan dan Penerapannya pada Pendidikan Agama
Islam
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pendidikan
Dosen
Pembimbing :
Ismatul
Maula, M.Pd
Disusun Oleh
:
Adik
Isra Aulia (1811170001)
Fifin
Rahmawati (1811170007)
Fina
Yuni Sari (1811170008)
Juliana
(1811170009)
Lut
Fiatuzzuhrah (1811170010)
Peti
Maryani Maya Sari (1811170017)
Tilustri
Anggreani (1811170022)
Waddatu
Rahmah (1811170023)
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, akhirnya kami dapat menyesaikan makalah Teknologi Pendidikan, yang
berjudul: Nilai-nilai (Values)
Teknologi Pendidikan dan Penerapannya pada Pendidikan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah
ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun paparan
dari isi. Tegur sapa dari para arif pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah selanjutnya, dan sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih
Kepada Allah SWT kami mohon taufiq dan hidayah-Nya,semoga dalam penyelesaian
makalah ini senantiasa dalam keridhaan-Nya dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bengkalis,
25 Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................... i
Daftar
isi............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1
Latar Belakang.................................................................... 1
Rumusan Masalah.............................................................. 2
Tujuan................................................................................. 2
Manfaat.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................... 3
Ruang Lingkup Teknologi Pendidikan.............................. 3
Definisi Teknologi Pendidikan.......................................... 4
Pentingnya Teknologi
Pendidikan.................................... 7
Nilai-nilai Teknologi
Pendidikan....................................... 8
Penerapannya dalam
Pendidikan Agama Islam............... 25
BAB
III PENUTUP...................................................................... 28
Kesimpulan....................................................................... 28
Saran................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, Ilmu pendidikan dan Teknologi tidaklah dapat
di pisahkan. Karena keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dalam era
globalisasi saat ini, tidaklan bias di pungkiri bahwa teknologi memiliki
peranan yang penting dalam menunjang ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia
pendidikan.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih kini telah mengubah dunia
pendidikan. Pembelajaran yang dulunya menggunakan cara konvensional
berangsur-angsur berubah menjadi modern. Penggunaan alat-alat teknologi dalam
pembelajaran memberikan banyak manfaat kepada peserta didik ataupun pendidik.
Namun di balik itu semua, banyak pula dampak negatif dari perkembangan
teknologi tersebut. Selain berbagai kendala, bangsa kita, secara mental juga
kurang siap dalam menghadapi tantangan jaman yang penuh inovasi.
Banyak hal yang dapat kita lakukan sekarang. Meski masih sangat sulit, kita
harus berusaha memperbaharui diri menjadi lebih baik. Sebisa mungkin selalu
mengikuti perkembangan jaman agar kita tidak tertinggal oleh negara-negara
lain. Caranya sederhana saja, mulailah dari sekarang dan dari hal yang kecil.
Dalam esai ini disajikan beberapa penerapan e-learning di Indonesia. Kemajuan
bangsa tergantung kepada generasi mudanya. Generasi muda yang berkualitas
bertitik tolak pada pendidikan di negara tersebut. Menjadi Indonesia yang lebih
baik berarti meningkatkan kualitas pendidikan kita sesuai dengan perkembangan
jaman.
Persoalan berikut ini adalah bagaimana merealisasikan dan menerapkan
teknologi dalam pendidikan agama.. Dalam proses pembelajaran pada umumnya
pendidikan agama hanya di terapkasan dalam model yang lama. Artinya pendidikan
agama hanya berpaku pada tatap muka dan penjelasan secara langsung, padahal
pendidikan dapat di peroleh dimana saja dan tidak harus bertatap muka.
B. Rumusan masalah
A. Seperti apa Ruang Lingkup Teknologi Pendidikan ?
B. Apa definisi Teknologi Pendidikan ?
C. Apa pentingnya teknologi pendidikan dalam pengajaran dan
pembelajaran ?
D. Apa nilai teknologi pendidikan ?
E. Bagaimana Penerapannya pada Pendidikan Agama Islam ?
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui Ruang lingkup Teknologi Pendidikan
B. Untuk mengetahui Definisi Teknologi Pendidikan
C. Untuk mengetahui kepentingan teknologi pendidikan dalam pengajaran
dan pembelajaran
D. Untuk mengetahui nilai teknologi pendidikan
E. Untuk mengetahui Penerapannya pada Pendidikan Agama Islam
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan adalah bisa menambah wawasan untuk penulis
dan pembaca serta dapat memberi atau menambah pengetahuan tentang hal yang
menyangkut “Nilai-nilai (Value) Teknologi Pendidikan dan Penerapannya
pada Pendidikan Agama Islam”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ruang Lingkup Teknologi
Pendidikan
Ruang lingkup atau kawasan dari teknologi
pendidikan terdiri atas desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan
penelitian yang harus di kembangkan untuk mengidentifikasikan hubungan timbal
balik antara teori dan praktek pembelajaran serta penelitian yang dilakukan
untuk melihat kebenaran dari teori yang ada.
Ruang lingkup tersebut dalam teknologi
pendidikan memberikan kontribusi kepada pengembangan teori dan praktek dan
sebaliknya teori dan praktek dijadikan pengembangan untuk ruang lingkup teknologi
pendidikan. Tiap kawasan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan
sebagai suatu kegiatan yang sistematik. Hubungan antar kawasan ini bersifat
saling melengkapi.
Adapun penjelasan dari masing-masing
kawasan/ruang lingkup teknologi pendidikan, di antaranya adalah:[1]
1.
Desain, yaitu proses
untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk mecipatakan strategi dan
produk. Paling tidak ada empat cakupan utama yang meliputi desain dari teori
dan praktek, yaitu : desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi
pembelajaran, dan karakteristik pembelajar.
2.
Pengembangan, yaitu
proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, yang meliputi;
teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, dan
teknologi terpadu.
3.
Pemanfaatan, yaitu
aktifitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi dari pemanfaatan
sangatlah penting karena mencakup kaitan antara pembelajar atau sistem
pembelajaran.
4.
Pengelolaan, yaitu
meliputi pengendalian dari teknologi pembelajaran melalui : perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi. Pengelolaan ini bermula dari
administrasi pusat media, program media, dan pelayanan media.
5.
Penilaian, yaitu proses
penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar, mencakup analisis masalah,
pengukuran acuan patokan, penilaian formatif, dan penilaian sumatif.
B.
Definisi Teknologi
Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang
menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau
penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai
dasar kata teknologi berarti art, skilll, science atau
keahlian, keterampilan, dan ilmu.[2]
Sedangkan menurut (Association for Educational Communications
and Technology) AECT, teknologi merupakan
perpanjangan dari kemampuan manusia untuk dapat menghasilkan data, suatu
produk/barang dengan waktu yang cepat dan lebih banyak, sehingga dapat membantu
mempermudah perkerjaan manusia.[3]
Teknologi pendidikan sekarang sangat jauh berkembang. Dengan perkembangan teknologi yang
sangat pesat membuat proses pembelajaran lebih cepat dan efektif. Kita masih
ingat untuk mendapatkan sebuah bacaan berupa buku sangat sulit, apalagi di
tempat-tempat pelosok. Mereka hanya bisa mengandalkan guru-guru mereka sebagai
sumber tunggal materi.
Berbeda dengan sekarang, perkembangan teknologi telah membawa banyak
perubahan bagi dunia pendidikan. Sebut saja teknologi yang sangat berperan
penting adalah layanan internet. Hanya mengetik kata yang berhubungan dengan
informasi yang kita ingin cari pada web search engine, maka dengan cepat kita
akan mendapatkan informasi tersebut.
Berikut beberapa definisi teknologi pendidikan :
1.
Suatu cara yang
sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan
dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik,
berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan
menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-manusia
untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Dengan demikian, sejak tahun 1970an,
sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru ) bukanlah satu-satunya
sumber belajar.
2.
Menurut Tom Cutchall
(1999) teknologi pendidikan merupakan penelitian dan aplikasi ilmu perilaku dan teori
belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis , desain,
pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk
membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya adalah
pemanfaatan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja
manusia.
3.
Teknologi
pendidikan adalah satu bidang dalam memfasilitasi belajar manusia melalui
identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan secara sistematis
seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu. Obyek
formal menurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar.
4.
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur ,
gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang,
melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek
belajar manusia. Obyek formal teknologi pendidilkan adalah memecahkan masalah
belajar manusia. Dilakukan dengan cara menganalisis masalah terlebih dahulu,
baru kemudian melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.
5.
Definisi terbaru,
teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau
memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat.
Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi
pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:
a.
Teknologi pendidikan
adalah suatu disiplin /bidang (field of study)
b.
Istilah teknologi
pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan
c.
Tujuan utama teknologi
pembelajaran adalah, Untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi
pembelajara dan untuk meningkatkan kinerja.
d.
Dalam mewujudkan
tersebut menggunakan pendekatan sistemi (pendekatan yag holistik/komprehensif,
bukan pendekatan yang bersifat parsial)
e.
Kawasan teknologi
pendidikan dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis, desain,
pengembangan, pemanfaatan , pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik
proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
f.
Teknologi pembelajaran
tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia
(seperti perusahaan, keluarga , organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan
dengan upaya memcahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja.
g.
Yang dimaksud dengan
teknologi disini adalah teknologi dalam arti yang luas, bukan hanya teknologi
fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (softtech).
Teknologi memiliki nilai tambahan dalam
proses pembelajaran, hal ini di karenakan dalam dunia pendidikan kebutuhan ilmu
pengetahuan semakin meningkat dan tidak semuanya bisa diperoleh dalam
lingkungan sekolah. Demikian pula pada saat melakukan pertukaran data dan
informasi antar sekolah, sekolah dengan masyarakat, sekolag dengan pemerintah
daerah dan pusat, utamanya dalam pendidikan islam dan lain-lain, semuanya akan
lebih efektif dan efisien jika memanfaatkan teknologi dalam kemajuan pendidikan
tersebut.[4]
C.
Kepentingan Teknologi
Pendidikan Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran
Peran
Teknologi Pendidikan sangat bermanfaat bagi manusia dalam pendidikan. Dalam
teknologi pendidikan akan melibatkan prosedur, ide, peralatan dan organisme
untuk menganalisis masalah pendidikan, mencari problem solving, melaksanakan
evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek
pembelajaran dalam pendidikan.
Teknologi
secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
a.
Memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalis (tertulis dan lisan).
b.
Mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera.
c.
Dengan menggunakan
media pendidikan secara tepat dan variasi dapat diatasi sikap pasif peserta
didik, kurikulum dan materi pendidikan.
Adapun pentingnya Teknologi pendidikan bagi guru dan murid adalah sebagai
berikut :
1.
Guru lebih kreatif dan
inovatif dalam pengajaran dan pembelajaran dengan menggunakan pelbagai kaedah
seperti pendekatan pembelajaran, strategi dan penggunaan bahan bantu mengajar.
2.
Pengajaran guru menjadi
sistematik dan teratur dengan bantuan teknologi pendidikan menggunakan
internet, bahan persembahan multimedia dan perisian yang sesuai.
3.
Mempermudah seorang guru
dalam mendapatkan atau menyampaikan informasi (pesan atau isi, materi)
pelajaran.
4.
Membantu peningkatan
pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik atau terpercaya dan
memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi.
5.
Memfasilitasi pendidik
dan peserta didik belajar lebih luas, lebih banyak dan juga bervariasi.
6.
Melalui fasilitas yang
disediakan oleh system tersebut, guru/siswa dapat belajar mandiri, kapan dan
dimana saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
7.
Bahan yang mereka
pelajari juga lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk sajian kata, tetapi
dapat lebih kaya dengan varisi teks, visual, audio, film dan animasi.
Keseronokan belajar akan memberi motivasi kepada murid
di sekolah untuk terus mengikuti proses pengajaran dan pembelajaran. Inovasi
dalam teknologi pendidikan akan merangsang murid untuk belajar dengan lebih
baik.
Murid akan lebih jelas tentang sesuatu konsep yang
disampaikan oleh guru kerana penggunaan media yang lebih jelas akan memudahkan
pemahaman murid tentang konsep.Sesuatu penerangan secara menyeluruh dapat
diberikan melalui media seperti video, televisi dan internet.
Murid dapat memperoleh berbagai ilmu dan pengalaman
melalui teknologi pendidikan. Penerapan terhadap sesuatu topik melalui internet
atau atau penggunaan video interaktif dapat memberi pengalaman baru.
Contohnya:musim salji di negara luar dapat dilihat melalui video kepada murid .
D.
Nilai-nilai (Values)Teknologi
Pendidikan
1) Nilai-Nilai
yang Berhubungan dengan Belajar
Sebagai
bidang ilmu yang berdedikasi untuk penerapan pengetahuan yang terorganisir
untuk peningkatan pembelajaran dan kinerja, riset menyediakan dasar dari praktek.
Riset mendasar terhadap variabel-variabel yang berhubungan dengan belajar
umumnya dipinja dari bidang yang berhubungan seperti psikologi, sains kognitif,
psikologi pendidikan, dan antropologi. Riset dasar dalam desain pesan
instruksional atau respon pembelajar untuk menengahi pesan merupakan domain
teknologi pendidikan, seperti bidang literatur visual. Riset terapan terhadap
isu yang berhubungan dengan penerapan teknologi dalam pendidikan merupakan tipe
penemuan yang plaing sering dilakukan dalam bidang ini. Peneliti teknologi
pendidikan mempelajari cara menganalisis dan meningkatkan proses penciptaan
bahan dan sistem instruksional, menciptakan media dan lingkungan belajar yang
berbasis komputer, menggunakan media dan teknologi informasi di ruang kelas,
dan mengatur semua aktivitas yang berhubungan (manajemen proyek, teknologi
layanan administrasi).
Pengetahuan
dasar dapat dikembangkan dengan banyak sarana inkuiri selain riset formal.
Evaluasi formatif dan sumatif dari produk tertentu dapat memberitahukan desain
yang sesuai dan pemilihan keputusan dalam organisasi. Riset tindakan yang
berhubungan dengan penerapan dari suatu inovasi dapat menyediakan pelajaran
yang bernilai bagi praktisi dan agen perubahan lainnya. Studi kasus tentang
kesuksesan, atau khususnya tentang kegagalan, dapat mencerahkan proses
implementasi teknologi dalam seting yang lebih kompleks. Disiplin studi tentang
sistem yang gagal merupakan metode utama dari pengembangan pengetahuan dalam
bidang yang berhubungan dengan enginering.
Riset
tentang program dalam teknologi pendidikan sangat dihargai dan dibutuhkan
secara terus menerus, dengan hasil yang dibagikan, maka hasil penelitian dapat
dipraktekkan. Bahkan dengan data saat ini, keputusan pembuat kebijakan pada
level pemerintah pusat, termasuk rekomendasi bagi penemuan riset dalam segala
metode penelitian, fokus pada pertanyaan tentang keberhasilan dan kegagalan,
dan efek yang bervariasi dari teknologi bagi pelajar dan proses pembelajaran
itu sendiri. Dengan menekankan pada mempelajari isu global yang berhubungan
dengan inovasi pendidikan dan penggunaan teknologi yang tepat bagi pelajar,
riset pada teknologi pendidikan dapat terus mendukung perkembangan praktik
secara mendunia.
2) Nilai-Nilai
yang Berhubungan dengan Praktik Etis
Meskipun
tidak ada bidang yang mendukung tindakan yang tidak etis atau menghapuskan
batasan etika, isu etika yang menjadi perhatian spesial bagi teknologi
pendidikan dapat dibedakan dari bidang-bidang lainnya. Teknologi pendidikan
memperhatikan etika yang khusus memfokuskan pada proses menciptakan bahan-bahan
instruksional dan lingkungan belajar dan yang berhubungan dengan pelajar selama
menggunakan bahan-bahan dan lingkungan belajar tersebut.
Seperti
yang telah di bahas sebelumnya, teori kritik khususnya mengingatkan para
peneliti dan praktisi untuk memikirkan tentang kekuatan hubungan-kesejahteraan
siapa yang utama, siapa yang mengendalikan kejadian-kejadian, dan siapa yang
berperan dalam proses. Sensitivitas terhadap kekuatan hubungan diperluas
terhadap pihak-pihak yang mendesain lingkungan belajar, mereka yang
menggunakannya, dan pihak-pihak yang menggatur dan mengevaluasi proses secara
keseluruhan. Sejak pelajar dianggap sebagai penerus dari pendidikan, para
profesional merupakan incumben untuk menyelaraskan mereka dengan kekuatan yang
sama dalam proses pembelajaran.
Melindungi
kepentingan dari pelajar merupakan prioritas utama dalam teori kirits.
Behaviorisme menyatakan “pelajar tidak pernah salah”, menyatakan bahwa
kegagalan apapun harus disalahkan pada desain pembelajaran yang jelek atau
penggunaan sistem instruksional. Penerapan dari teori belajar behavioris dalam
bentuk instruksi yang terprogram dan tutorial terstruktur membantu perubahan
dari instruksi yang berbasis kelompok menjadi model secara individu oleh menganggap
masing-masing pelajar memiliki sejarah stimulus yang berbeda, sejarah
reinforcemen yang berbeda, dan perbedaan tingkatan pengusaan keterampilan yang
ditargetkan. Maka, masing-masing pelajar membutuhkan program instruksi dan
reinforcment yang khusus. Lebih lanjut, tehnik dari program instruksi dan
tutorial terstruktur memungkinkan pelajar memungkinkan proses pembelajaran akan
dilalalu secara individual.
Perspektif
kognitif terhadap kegiatan belajar mengajar juga membutuhkan perhatian khusus
terhadap kebutuhan individu sejak teori ini menyatakan bahwa tiap individu
mengembangkan struktur kognitif internal atau skemata yang bersifat unik,
karena masing-masing individu memiliki pengalaman hidup yang berbeda.
Perspektif
konstruktivis melangkah lebih jauh dari posisi perspektif kognitif, menyatakan
bahwa meskipun ketika dua orang berpartisipasi dalam kegiatan yang sama
masing-masing individu membangun pemahaman yang berbeda dan unik dari
pengalaman tersebut. Maka, penganut teori konstruktivisme menekankan pada
pentingnya melihat masing-masing pelajar secara individual.
Salah
satu cara dimana pelajar diberdayakan melalui teknologi pendidikan adalah
melalui penggunakan desain yang berpusat pada pengguna. Konsep ini berasal dari
“perkembangan yang berorientasi pada pengguna”, pada awalnya yang dianggap
sebagai pengguna adalah guru, orang yang dapat menerima atau menolak produk
dari proses desain instruksional. Akan tetapi akhir-akhir ini pendapat ini
telah mencakup pelajar. Dengan memberikan guru dan peserta didik kesempatan
untuk berkembang selama proses pembelajaran, akan lebih mungkin hasil akhir
akan lebih efektif dan dapat diterima untuk digunakan. Pada beberapa tingkatan,
khususnya pendidikan orang dewasa, sangat memungkinkan bahwa pelajar yang
menciptakan isntruksi contohnya, supervisor produksi yang bekerja secara
berkelompok dalam kelompok kecil dapat melakukan brainstorming daftar cara-cara
untuk menangani konflik dalam dunia kerja.
Mereka
dapat membandingkan pendapat dari satu kelompok dengan kelompok lainnya dan
menyetujui solusi terbaik, dengan demikian membentuk konten dari pelajaran.
Pada pendapat ini, desain yang berorientasi pada pengguna bukan hanya menjadi
jalan untuk menjadikan suatu instruksi dapat digunakan pada akhirnya akan
tetapi juga menjadi jalan untuk membedayakan peserta didik dan guru dalam dunia
mereka sendiri dan jalan untuk menciptakan konten pembelajaran yang memiliki
kredibilitas tinggi terhadap para audiens.
Sebagai
tambahan untuk memperhatikan pelajar, secara etika mengharuskan para praktisi
melaksanakan tugas mereka dengan mendapatkan informasi terbari tentang “best
practice” dalam bidang ini. Menjaga agar tetap up to date dengan riset dan
perkembangan dalam pengetahuan merupakan harapan dari semua profesional dalam
bidang ini (teknologi pendidikan), akan tetapi hal itu memiliki kepentingan
yang khusus dalam teknologi pendidikan karena teknologi pendidikan mengklaim
harus berdasarkan pada penerapan saintifik dan pengetahuan tergorganisir
lainnya terhadap pendidikan. Usaha untuk membuat perkembangan profesional
meningkatakan aksesibilitas termasuk web site dan lbog dari banyak ahli
teknologi pendidiakn dan program riset, teori dalam jurnal praktis seperti
TechTrend dan mana laporan praktis yang diberikan pada konferensi internasional,
yang mungki di bagi selama konferensi tersebut.
3) Nilai-Nilai
yang Berhubungan dengan Memfasilitasi Pembelajaran
Untuk
memulainya, teknologi pendidikan membagi komitmen utama dari pendidikan untuk
membantu orang-orang belajar. Lebih lanjut, dengan mendukung “learning how to
learn” (belajar bagaimana cara belajar) pendidik memberikan kebiasaan dan
sikap-sikap pada orang-orang yang memungkinkan mereka untuk terus mencapai
pendidikan mereka sendiri dibawah inisiatif mereka sendiri. Hal ini penting
untuk membentuk belajar sepanjang hayat, salah satu tujuan pendidikan.
Teknologi
pendidikan memiliki misi untuk menolong orang-orang belajar lebih baik dari
pada yang dapat mereka lakukan melalui cara-cara mereka sendiri atau melalui
intervensi pihak lain yang tidak memiliki kualifikasi teknologi pendidikan.
Menyediakan fasilitas yang lebih baik dari sarana pembelajaran artinya
menciptakan pengalaman-pengalaman dan menyediakan lingkungan dimana peserta
dididk lebih termotivasi untuk belajar, berkembang lebih cepat, mendapatkan
yang lebih, dan mampu menerapkan pengetahuannya lebih baik, dan mengalamai
kepuasan yang lebih luas-yang kesemuanya membutuhkan waktu, uang dan sumberdaya
manusia yang tersedia. Teknologi pendidikan melakukan ini melalui teknologi
yang menyedaiakan akses kepada lebih banyak orang dan meningkatkan pembelajaran
lebih efektif.
ü Meningkatkan
Akses terhadap Pembelajaran
Meskipun
konsep tentang akses terhadap pembelajar tidak secara eksplisit muncul dalam
definisi, teknologi pendidikan memiliki komitmen untuk menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk memperluas pendidikan kepada orang-orang yang
mungkin tidak mendapatkan pelayanan. Contohnya, radio broadcast telah digunakan
untuk memperluas kesempatan pendidikan terhadap penduduk perkotaan pada
negara-negara yang kurang berkembang, di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Televisi juga sudah digunakan untuk meningkatkan kualitas instruksi di ruangan
kelas-baik pada negara-negara maju ataupun negara-negara dunia ketiga-dengan
kekurangan guru yang memiliki kualifikasi. Video konferens digunakan
sehari-hari, khususnya dalam seting perusahaan, untuk memberikan kesempatan
latihan untuk peserta yang berada jauh dari pusat fasilitas pelatihan.
Tidak
hanya memungkinkan untuk memperluas akses terhadap pembelajaran melalui ICT,
hal ini juga merupakan kepentingan moral untuk menciptakan kesempatan
pendidikan yang sama terhadap etnis, komunitas geografis, tanpa memperhatikan
jarak atau kerugian ekonomi. Persamaan perkembangan sosial dan ekonomi
memberikan kontribusi untuk langkah global dan stabilitas. Teknologi pendidikan
mempunyai peran kunci dalam perkembangan kesempatan pembelajaran yang sama di
Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
4) Nilai-Nilai
yang Berhubungan dengan Peningkatan Kinerja
Sebagai
suatu bidang yang mengklaim memberikan bantuan kepada publik, teknologi
pendidikan harus mampu membuat kasus yang kredibel untuk menawarkan beberapa
manfaat publik. Teknologi pendidikan harus menyediakan cara yang superior untuk
mencapai tujuan yang berharga. Pada bagian ini akan memfokuskan pada cara-cara
dimana teknologi pendidikan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan
efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kinerja. Kinerja yang
didiskusikan berhubungan dengan kinerja peserta didik, kinerja guru/desainer,
dan kinerja organisasi. Konsep efisiensi dan efektifitas tidaklah mudah untuk
didefinisikan seperti yang sudah dibahas pada makalah sebelumnya. Efisiensi
(dan efektifitas) hanya dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan yang
telah disepakati dan saranan untuk mengukur pencapaiannya. Maka, sarana
(cara-cara) yang semakin lambat atau yang lebih mahal dapat di katakan efektif
jika menuju pada pencapaitan tujuan yang berharga dari biaya tersebut.
ü Meningkatkan
Kinerja Peserta Didik
Tujuan
memfasilitasi pembelajaran bukan hanya sekedar pemanggilan informasi dalam
jangka waktu pendek, akan tetapi kemapuan jangka panjang untuk menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam kehidupan yang sebenarnya. Pada masa
lalu, mereka yang mendesain dan menggunakan bahan instruksional atau lingkungan
pembelajaran cenderung untuk mengukur kesuksesan dalam bentuk skor dari postes
yang dilakukan, tes yang dibutuhkan hanya pemanggilan kembali informasi verbal
dalam jangka waktu yang pendek. Pada akhir-akhir ini, riset dalam psikologi
kognitif dan ilmu syaraf telah mengembangkan pemahaman kita tentang dinamika
dari proses belajar.
Kita
dapat mengenal perbedaan kualitatif, dalam pengertian perubahan fisik pada
otak, antara pengetahuan yang dangkal dan pengetahuan yang siap digunakan seara
aktif. Wigel (202) membedakan antara surface
learning dengan deep learning. Surface learning dicirikan dengan
hanya menghafal fakta, melaksanakan prosedur tanpa berfikir, mendapatkan
sedikit nilai atau makna dalam pengetahuan, memperlakukan bahan sebagai
kumpulan informasi yang tidak berhubungan, dan belajar tanpa kesadaran akan
tujuan atau strategi. Sebaliknya dalam deep learning, peserta didik
menghubungkan ide-ide dengan pengetahuan sebelumnya, mencari pola yang
mendasar, mengkaji secara kritis, dan merefleksikan pemahaman mereka sendiri.
ü Meningkatkan
Kinerja Guru dan Desainer
Selain
meningkatkan kinerja peserta didik, teknologi pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kinerja guru dan desainer. Alat-alat untuk desain instruksional bermaksud
untuk membantu perencana mengembangkan bahan dan sistem instruksional lebih
efektif dan efisien. Tujuannya untuk membantu praktisi yang masih di bawah
standar untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Sebagai
tambahan untuk memberikan mereka alat-alat yang lebih baik, teknologi
pendidikan berusaha untuk memberikan kepada para praktisi persiapan profesional
yang lebih baik. Contoh alat ini adalah penggunakan penugasan autentik,
penilaian autentik, dan pengalaman yang intensif sebagai bagian dari program
pelatihan. Keseluruhannya merupakan cara mengkontekstualkan pelatihan, dengan
demikian menjadikan lebih mungkin untuk diterapkan dalam praktek kehidupan yang
sebenarnya.
ü Meningkatkan
Kinerja Organisasi
Pada
akhirnya, selain meningkatkan kinerja peserta didik dan praktisi, teknologi
pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi itu sendiri.
Terutama sekali, hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
· Meningkatkan
produktifitas dari proses belajar.
· Membantu
orang-orang di dalam organisasi memperoleh keterampilan yang baru secara lebih
cepat dan dengan biaya yang lebih sedikit
· Menghemat
waktu dan uang bagi suatu organisasi
Akan tetapi terdapat beberapa cara untuk
meningkatkan kinerja organisasi lebih dari sekedar pelatihan. Orang-orang dalam
organisasi dapat dibantu untuk mejadi lebih produktif dengan cara sebagai
berikut:
· mendapatkan
alat/sarana yang lebih baik
· memiliki
suasana kerja yang lebih baik
· menjadi
termotivasi untuk bekerja lebih keras
· memiliki
akses terhadap bantuan kerja atau bentuk bantuan kognitif yang dibutuhkan
Intervensi noninstruksional seperti yang terdapat
dalam bidang teknologi kinerja manusia (human performance technology). HPT
merupakan konsep yang melibatkan teknologi pendidikan dan semua cara yang lain
untuk meningkatan kinerja manusia dalam dunia kerja.
ü Meningkatkan
Efisiensi dan Efektifitas
Efisiensi
dalam pendidikan merupakan subjek yang sulit karena efisiensi sering
dihubungkan dengan pengurangan biaya tanpa mempertimbangkan efek terhadap
peserta didik atau lembaga pendidikan. Dalam konteks teknologi pendidikan,
efisiensi dalam pendidikan dan pelatihan merujuk pada desain, pengembangan dan
penerapan instruksi dengan cara bijak dalam menggunakan sumberdaya, baik
manusia dan keuangan. Efektifitas berhubungan dengan derajat dimana peserta
didik memperoleh tujuan belajar yang berharga, yang difasilitasi oleh sekolah,
perguruan tinggi atau pusat pelatihan untuk belajar tentang pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dibutuhkan oleh stakeholder mereka, termasuk
peserta didik itu sendiri.
Nilai-nilai
instruksi dari teknologi pendidikan meliputi keduanya baik efisien dan efektif.
Keduanya harus beriringan. Instruksi yang hanya murah merupakan pembuangan
sumberdaya yang langka jika tidak sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan hasil
belajar yang berharga. Sama halnya, instuksi yang menghasilkan hasil belajar
yang diinginkan akan tetapi membutuhkan sumberdaya yang terlalu banyak, atau
tidak menyentuh peserta didik juga merupakan pembuangan sumberdaya yang langka.
Tanpa
mempertimbangkan preferensi pribadi seseorang tentang perspektif
belajar-mengajar terdapat keinginan yang umum untuk menemukan jalan untuk
menolong orang-orang belajar lebih baik (efektifitas) dan untuk menemukan jalan
untuk melakukannya tanpa membuang tenaga dan biaya baik dari pihak instruktur
atau peserta didik (efisien).
ü Teknologi
Kinerja Manusia
Beberapa
profesional dalam bidang teknologi pendidikan, khususnya mereka yang terlibat
dalam perusahaan atau organisasi besar lainnya, melihat kerja mereka dibawah
payung besar dari HPT. Dalam HPT, pendekatan teknologi diterapkan tidak hanya
untuk aktivitas instruksional akan tetapi semua intervensi yang mempengaruhi
orang-orang dalam dunia kerja. Oleh karena itu, produktivitas organisasi dapat
ditingkatkan melalui beberapa tipe intervensi sebagai tambahan bagi pelatihan
seperti:
· menawarkan
insentif
· menyediakan
bantuan kerja
· mengadaptasi
alat-alat terhadap tugas
· mendesain
kembali tugas-tugas
· mempengaruhi
struktur organisasi
Sejak teknologi pendidikan dihubungkan dengan HPT,
akan sangat berguna untuk mengkaji budaya HPT untuk menemukan nilai apa yang
dominan dalam bidang tersebut, selain apa yang didiskusikan dalam teknologi
pendidikan.
The International Society for Perfomance
Improvement (ISPI) mendukung kumpulan standar teknologi kinerja untuk
memandu praktek dari HPT. Standar ini memberikan indikasi dari nilai-nilai yang
penting dalam HPT, banyak diantaranya dapat dipertimbangkan secara implisit
dalam bidang teknologi pendidikan, khususunya bagi mereka yang bekerja dalam suatu
organisasi yang banyak dilakukan oleh praktisi HPT seperti bisnis dan
organisasi beasr lainnya termasuk pemerintahan, militer dan non profit.
Nilai-nilai khusus dari HPT adalah :
· Fokus
kepada hasil (mengukur dampak dari intervensi pada masalah yang ditargetkan)
· Menambah
nilai (Sesuatu yang dihasilkan harus berharga, memberikan dampak positif,
solusi yang memberikan manfaat)
· Bekerja
secara partnership dan kolaborasi (klien dan stakeholder harus bekerja bersama
untuk mengetahui bahwa orang-orang menerima perubahan yang mereka bantu
ciptakan)
5) Nilai-Nilai
yang Berhubungan dengan Penciptaan, Penggunaan dan Pengaturan
Ahli
teknologi pendidikan meyakini bahwa keputusan yang dibuat dalam penciptaan dan
penggunaan sumber belajar dapat dan harus mendapatkan pencerahan oleh
pengetahuan empiris. Pada saat yang sama, mereka mengakui bahwa penciptaan dan
penggunaan sumber belajar membutuhkan lompatan imajinasi seperti yang mereka
lakukan. Desainer instruksional tidak dapat melakukan “cut and paste”
bahan-bahan yang diciptakan sebelumnya, mereka biasanya harus menciptakan
solusi baru, dan bahan-bahan baru.
Instruktur
menggunakan bahan-bahan yang didesain harus membuatnya dapat diadaptasi, karena
masing-masing situasi memiliki aspek yang unik. Maka, teknologi pendidikan
melibatkan keduanya yaitu seni dan sains dalam prakteknya, dan ia menerima
nilai-nilai dari karya seni sama seperti nilai-nilai inkuiri secara empiris.
Praktisi reflektif yang disebutkan sebelumnya merupakan aspek yang terpenting
bagi bidang teknologi pendidikan, refleksi pada suatu praktek merupakan hal
yang vital bagi peran aktif guru dan desainer yang harus dilaksanakan dalam
penciptaan dan penggunaan bahan-bahan dan strategi-strategi teknologi
pendidikan.
6) Nilai-Nilai
yang Berhubungan dengan Ketepatan
Seperti
yang sudah dibahas sebelumnya, prsoes dan sumberdaya dapat diartikan harus
dimodifikasi dengan istilah ketapatan, yang artinya sesuai dan kompatibel
dengan tujuan yang diinginkan dan panduan etika.
ü Proses
Kerja
Proses
kerja yang tepat ditunjukkan oleh standar etika yang membutuhkan penggunaan
praktek profesional. Seperti ahli fisika yang diharapkan untuk mengikuti
“standars of care”, begitu juga para profesional lainnya diharuskan mengetahui
dan taat kepada praktek terbaik saat ini pada bidang mereka. Sejumlah harapan
ini disebutkan secara spesifik dalam kode etik AECT.
Untuk
proses kerja bagi desain instruksional untuk memenuhi standar ketepatan, mereka
harus menyesuaikan kepada kebutuhan organisasi (seperti sekolah, perguruan
tinggi atau bisnis) dan para peserta didik. Akan bertentangan dengan
kepentingan universitas bagi profesional teknologi pendidikan yang menawarkan
jasa konsultasi instruksional untuk mendukung praktek desain instruksional yang
meningkatkan biaya yang dibutuhkan dari universitas tanpa meyaikinkan manfaat
atau beban kerja dari suatu fakultas tanpa penghasilkan yang seimbang. Lebih
lanjut, praktek desain instruksional tersebut akan diharapkan untuk
meningkatkan kesempatan belajar bagi para peserta didik yang mengalami
instruksi. Secara sringkas, proses desain harus menjadi efisien dan efektif.
Hal yang sama dapat diterapkan pada peroses kerja yang melibatkan dalam
pemilihan dan penggunakan sistem instruksional.
Para
praktisi diharapkan untuk mengetahui, merekomendasikan dan menggunakan tehnik
yang bermanfaat yang sesuai dengan standar terbaru. Tehik tersebut harus dapat
dijustifikasi dengan berdasarkan pada hasil yang dapat dibuktikan, yang
mengingatkan mereka akan kebutuhan untuk mengakses dan memahami hasil dari
riset inkuiri yang dipublikasikan.
ü Teknologi
Teknologi
yang berbeda dapat dievaluasi sehubungan dengan ketepatannya bagi kelompok umur
tertentu atau seting sosial ekonomi atau budaya tertentu. Contohnya, sejak
komputer secara luas digunakan, muncul kontrovensi tentang ketepatan penggunaan
komputer untuk anak yang berusia dini. Sekolah Montessori dan Sekolah Waldorf
secara eksplisit mengeluarkan komputer dari program pendidikan masa kanak-kanak
awal mereka.
Alasan
rasional mereka adalah bahwa anak membutuhkan pengalaman multisensori, mereka
butuh untuk bergerak, mereka butuh menemukan dan mencoba, mereka membutuhkan
pengulangan yang bervariasi dan mereka membutuhkan pencapaian prestasi yang
dihasilkan dari kerja keras. Anak-anak akan kehilangan pengalaman ini selama
waktu yang mereka habiskan dengan komputer.
Monke
(2005) memperluas argumen ini menjadi wilayah permainan, yang memberikan
kebebasan, permainan fisik yang tidak terstruktur merupakan kebutuhan
perkembangan bagi anak kecil dan komputer dapat menjauhkannya dari permainan
seperti itu. Pernyataan Monke bahwa “mengandalkan buku terlalu banyak atau
terlalu dini menghalangi kemampuan anak untuk mengembangkan hubungan langsung
dengan subyek yang mereka pelajari” sangat konsisten dengan pendapat Egar Dale
yang mendukung pengalaman langsung dan bertujuan. Healy (1999) menyimpulkan
“perampasan waktu bermain” sebagai berikut:
Jika
seorang anak menghabiskan banyak waktu untuk video game (atau televisi, atau
bahkan jenis penggunaan komputer lainnya) dari pada bermain dan mengalamai
banyak tipe keterampilan yang berbeda, dasar bagi beberapa bentuk kemampuan
akan dikorbankan. Kehilangan ini tidak akan terlihat sampai menjadi semakin
banyak nantinya, ketika jenis pemikiran dan belajar yang lebih kompleks menjadi
dibutuhkan.
Diizinkannya
komputer untuk digunakan oleh anak kecil dimulai dengan mengkritisi praktek
mengumpulkan semua komputer yang digunakan dibawah satu atasan, aplikasi yang
berbeda memiliki efek yang berbeda. Maka mereka mampu menunjukkan penemuan
terhadap pelajaran tertentu atau dari mata analisis yang menunjukkan, contohnya
bahwa anak dapat memiliki pengalaman emosional yang positif dengan komputer,
sering menggunakannya secara kolaboratif, dan berpartisipasi dalam interaksi
sebaya di sekitar komputer (Clements & Sarama, 2003).
Hal
ini mungkin karena pendukung dari kedua belah pihak mempunyai argumen
tersendiri. Anak kecil membutuhkan jangkauan tangan pertama, langsung,
pengalaman fisik untuk perkembangan yang wajar. Berasumsi bahwa mereka memiliki
waktu yang cukup dan kesempatan untuk pengalaman langsung tersebut, juga
mungkin terdapat kesempatan dimana penggunaan tertentu dari komputer akan
memberikan manfaat yang luar biasa. Dikembalikan kepada komitmen teknologi
pendidikan untuk membuat keputusan ketepatan teknologi berdasarkan kebutuhan
pesera didik tertentu dalam keadaan tertentu.
Begitu
juga, kritik terhadap ekspor manfaat teknologi kepada negara-negara atau
sbukultur yang dianggap tidak siap untuknya. Teknologi baru akan menunjukkan
penduduk asli kepada tata kelakuan atau ide yang bertentangan pada taraf
tertentu dengan tradisi mereka. Teknologi baru dapat menjadi tidak menyokong
infrastruktur lokal atau mengakibatkan beban finansial yang berbahaya pada
ekonomi lokal. Mereka mungkin memperburuk dominasi politik atau budaya
imperialisme.
Posisi
nilai dari teknologi pendidikan adalah bahwa solusi teknologi harus dievalusi
untuk kelangsungannya, kecocokan kultural, dan dampak ekonominya. Apakah
teknologi tinggi atau teknologi rendah baik atau buruk dalam dirinya sendiri.
Salah satunya (bukan keduanya) mungkin tepat dalam situasi tertentu.
ü Sumberdaya
Spesifik
Ketika
diterapkan kepada sumberdaya spesifik, ketepatan dapat diuji dengan beberapa
kriteria. Apakah bahan-bahan cocok untuk tingkat perkembangan dari peserta
didik? Untuk tingkatan membaca mereka? Untuk tingkatan penguasaan materi ajar
mereka saat ini? Untuk tujuan dari pelajaran tertentu? Pada waktunya, aspek
rasial atau etnis dari bahan pelajaran dapat menjadi penting. Sensitivitas
terhadap minat peserta didik dan latar belakang budaya dan pengalaman
dibutuhkan, dan perhatian terhadap posisi yang sama dari kekuasaan dan
otoritas, akses yang sama, dan peluang yang sama bagi pelajar merupakan sesuatu
yang vital. Menentukan dan menerapkan kriteria ketepatan merupakan bagian dari
harapan profesional dari para ahli teknologi pendidikan.
7) Nilai-Nilai
yang Berhubungan dengan Teknologi
Istilah
teknologi dapat diterapkan baik kepada proses dan sumberdaya. Salah satu poin
penting dari bidang ini adalah komitmennya terhadap pendekatan yang sesuai
dengan “aplikasi sistematis dari saintifik atau pengetahuan teroganisir lainnya
terhadap tugas praktis” (Galbrait, 1967). Istilah ini merupakan istilah kunci
dari teknologi pendidikan.
Hal
ini menunjukkan perspektif yang unik dari bidang ini jika dibandingkan dengan
bidang lainnya. Bidang yang lainnya menerapkan proses dalam pendidikan, namun
proses tersebut tidak perlu dilaksanakan secara sistematis atau berdasarkan
pada dasar saintifik. Praktisi lainnya (guru, profesr dan trainer) mengembangkan,
memilih, dan menggunakan sumberdaya untuk instruksi, akan tetapi mereka tidak
perlu fokus pada sumberdaya teknologi. Namun teknologi pendidikan melakukannya.
Label
lainnya bagi proses dan bumberdaya teknologi adalah “soft dan hard
technologies”. Soft technology merujuk pada cara berfikir tentang
mengajar, belajar dan menggunakan metode-metode seperti problem
solving. Hard technology merujuk pada merujuk pada hardware dan
software yang digunakan untuk secara aktual berkomunikasi dengan peserta didik.
Merupakan kebiasaan diantara para profesional dalam teknologi pendidikan
bahwa hard technology itu sendiri bukan merupakan obat mujarab.
Teknologi
informasi dan telekominikasi (ICT), meskipun secara potensial memiliki kekuatan
yang handal dalam meningkatkan akses terhadap pendidikan, seperti mengurangi
biaya dan mengurangi waktu yang dibutuhkan, hanya sebagai pembawa pesan dan
metode pendidikan. Kekuatan dari pesan dan metode tersebut terutama sekali
menentukan nilai nilai dari suatu program.
Lebih
lanjut, merupakan kewajiban spesial dari bidang ini (teknologi pendidikan)
untuk mempertimbangkan konsekuansi yang tidak diharapkan dari penggunaan ICT
yang meluas, seperti yang dibahas sebelumnya contoh penggunaan komputer pada
anak usia dini. Sintesis dari bayak riset terhadap dampak menonton televisi
pada anak-anak menyediakan panduan yang cukup untuk membahas isu ini.
Pengalaman
baru-baru ini dengan pelajar menggunakan teknologi digital (seperti akses
wireless, ponsel, PDA dan mobile teknologi lainnya) menyarankan bahwa akan
menumbuhkan rasa keterasingan, atau akan dipengaruhi oleh hal ini yaitu
meningkatnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain melalui alat
elektronik meskipun tidak secara fisik. Pada akhirnya, sentuhan manusia
merupakan bumbu yang sangat dibutuhkan pada program pendidikan manapun.
E.
Penerapan Teknologi
Pendidikan pada Pendidikan Agama Islam
Kemajuan teknologi telah menampakkan pengaruhnya kepada semua
kehidupan individu, masyarakat dan negara. Bisa dikatakan bahwa tidak ada orang
yang bisa menghindar dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), IPTEK bukan saja dirasakan individu, akan tetapi dirasakan juga oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Islam khususnya lembaganya, sangat
dituntut untuk mampu mengadaptasikan dirinya dengan keadaan saat ini, serta
juga dituntut untuk menguasai IPTEK.
Dapat kita
lihat perkembangan dunia pendidikan saat ini, sudah banyak perkembangan di
dalamnya. Salah satunya terlihat dari teknologi yang digunakan semakin
bervariasi dan semakin canggih. Tidak dapat dipungkiri memang dengan semakin
berkembangnya zaman, maka teknologi yang digunakanpun akan semakin berkembang
pula. Maka pendidikan pun akan disandingkan dengan teknologi yang akan
membantunya dalam mencapai tujuan pendidikan. Begitu pula dalam Pendidikan
Agama Islam.
Pendidikan
Islam memiliki tugas pokoknya dalam menelaah dan menganalisis serta
mengembangkan pemikiran, informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sama
sebangun dengan nilai-nilai ajaran Islam, dituntut harus mampu mengetengahkan
perencanaan program-program dan aktivitas-aktivitas operasional kependidikan,
terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK.
Pendidikan
Islam memiliki suatu kekuatan yang sangat penting untuk dipertahankan atau dikembangkan.
Hal ini mungkin dapat dilihat dari tataran filosofis atau konseptual dan
pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dari waktu ke
waktu telah mampu tumbuh di tengah-tengah dinamika masyarakat.
1)
Motivasi kreatifitas anak didik ke
arah pengembangan IPTEK itu sendiri, dimana nilai-nilai Islam menjadi sumber
acuannya.
2)
Mendidik keterampilan, memanfaatkan
produk IPTEK bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat
Islam pada khususnya.
3)
Menciptakan jalinan yang kuat antara
ajaran agama dan IPTEK, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang
memegang otoritas IPTEK dalam bidang masing-masing.
4)
Menanamkan sikap dan wawasan yang
luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan
menginterpretasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni dan
kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
Jadi seperti
itulah pendidikan Islam diarahkan, agar pendidikan Islam tidak hanyut
terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK. Strategi tersebut merupakan sebagian
solusi bagi pendidikan Islam untuk bisa lebih banyak berbuat. Kendatipun
demikian, pendidikan Islam tentu saja tidak boleh lepas dari Idealitas
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berorientasikan kepada hubungan manusia dengan
Allah SWT. (Hablumminallah), hubungan manusia dengan sesamanya (Hablumminannas)
dan dengan alam sekitarnya.
Dari ketiga
orientasi tersebut, tampaknya hubungan dengan alam sekitar menjadi dasar
pengembangan IPTEK, sedang Hablumminallah menjadi dasar pengembangan sikap
dedikasi dan moralitas yang menjiwai pengembangan IPTEK,
sedang Hablumminannas menjadi dasar pengembangan hidup bermasyarakat
yang berpolakan atas kesinambungan, keserasian, dan keselarasan dengan
nilai-nilai moralitas yang berfungsi menentramkan jiwa manusia, sehingga
terciptalah kedamaian
Penggunaan
teknologi sangatlah bermanfaat dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan
Islam. Maka dari itu, untuk
menerapkan teknologi pendidikan dalam sebuah sistem maupun lembaga pendidikan
khususnya pendidikan Islam, tentunya dibutuhkan seorang pendidik atau pelaksana
pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam beberapa bidang sebagai berikut:
1) Perancang
proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi perancangan
sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik
pebelajar
2) Pengembangan
proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi pengembangan
teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbasis computer, teknologi
terpadu.
3) Pemanfaatan/penggunaan
proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi pemanfaatan
media pembelajaran, difusi inovasi pendidikan, implementasi dan
institutionalisasi serta penerapan kebijakan dan regulasi pendidikan.
4) Pengelola
proses dan sumber belajar; dengan lingkup pekerjaan meliputi pengelolaan
proyek, pengelolaan sistem informasi pendidikan.
5) Evaluasi/
penilaian; dengan lingkup pekerjaan meliputi melakukan analisis masalah,
pengukuran acuan patokan, evaluasi formatif, evaluasi sumatif.
Jika suatu
lembaga pendidikan Islam mempunyai tenaga yang kompeten, maka akan lebih mudah
bagi lembaga tersebut untuk menerapkan teknologi pendidikan secara maksimal
serta memperoleh hasil yang maksimal juga. Dengan demikian, mutu dari
pendidikan Islam tidak akan dipandang remeh atau dinomorduakan setelah pendidikan
umum.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknologi pendidikan berbagi banyak
nilai dengan bidang-bidang yang berhubungan seperti pendidikan, akan tetapi
terdapat sejumlah nilai yang mejadi ciri khas bagi teknologi pendidikan dan
merupakan hal yang terkemuka dalam tulisan teoritis dan praktis dalam bidang
ini (teknologi pendidikan). Masing-masing elemen dari definisi dasar yang
membawa satu atau lebih nilai-nilai tersendiri. Diantara nilai-nilai tersebut
belajar, praktik etis, memfasilitasi pembelajaran, peningkatan kinerja,
penciptaan, penggunaan dan pengaturan, proses dan sumberdaya yang sesuai, serta
sumberdaya dan proses teknologi.
B. Saran
Disarankan kepada pendidik untuk lebih
memahami tentang teknologi pendidikan. Khususnya tentang penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi serta berbagai macam metode pengajaran. Dengan
menguasai ilmu teknologi pendidikan guru dapat meningkatkan kinerjanya sebagai
seorang pendidik dengan terjadinya efisiensi dan efektifitas serta dengan
meningkatnya produktivitas yang dihasilkan dalam kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2004.
Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta:
BumiAksara, 2008.
Miarso, Yusuf
hadi, Menyemai Benih TEKNOLOGI PENDIDIKAN, Jakarta : PRENADA
MEDIA,2005.
Hadimiarsa, Yusuf, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta
: Rajawali, 1986.
[1]Abdul Majid, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2004),
h.161
No comments:
Post a Comment