Proses Teknologi Pendidikan dan Penerapannya Pada
Pendidikan Agama Islam
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi
Pendidikan

Nama Anggota Kelompok:
Muhammad Fachrozi (1811170012)
Siska Zulaini (1811170018)
Zuriatul Khairi (1811170024)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurusan Tarbiyah Dan Keguruan
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis
Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Teknologi Pendidikan dengan judul “Proses Teknologi Pendidikan
Dan Penerapannya Pada Pendidikan Agama Islam”. Shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar Muhammad Shallalluhu ‘Alaihi Wasallam karena berkat
Beliaulah kita dapat merasakan hidup penuh dengan ilmu pengetahuan, dari alam
kegelapan ke alam terang benderang.
Makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pendidikan semester IV pada program
studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah dan Keguruan Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Bengkalis (STAIN Bengkalis).
Kami menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Bengkalis, 06 Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang
Masalah........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
C. Tujuan.................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
Pengertian Teknologi............................................................................................ 5
Pengertian Proses.................................................................................................. 5
Pengertian Teknologi
Pendidikan......................................................................... 6
Proses Teknologi
Pendidikan............................................................................... 9
Penerapan pada
Pendidikan Agama Islam......................................................... 13
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 18
Kesimpulan.......................................................................................................... 18
Saran.................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai
bagian dari kebudayaan, pendidikan sebenarnya lebih memusatkan diri pada proses
belajar mengajar untuk membantu anak didik menggali, menemukan, mempelajari,
mengetahui dan menghayati nilai-nilai yang berguna, baik bagi diri sendiri,
masyarakat, dan negara sebagai keseluruhan.
Dengan
demikian sebenarnya pendidikan adalah wadah untuk mencerdaskan bangsa,
mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya. Pengembangan nilai-nilai,
pengetahuan, keterampilan dan sikap anak didik dan masyarakat menunjukkan
adanya kaitan fungsional antara pendidikan dengan tuntutan kearah perubahan
yang dimaksud.
Upaya
yang dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan itu adalah dengan jalan
memanfaatkan teknologi pendidikan, khususnya proses belajar mengajar melalui
pendekatan teknologis.
Prinsip
dasar dari sistem pendidikan adalah belajar. Belajar sering dirujuk dalam
bentuk pengukuran pengetahuan, kegesitan seseorang dalam menggunakan perangkat
atau peralatan tertentu. Pandangan atau wawasan seseorang terhadap sesuatu hal.
Secara khusus, belajar sering diartikan pergi ke sekolah, atau mengikuti jejang
pendidikan formal tertentu. Di dunia kerja, belajar itu adalah pelatihan.
Pelatihan untuk peningkatan kompetensi. Peningkatan dan kompetensi diyakini sebagai
upaya untuk meningkatkan mutu kinerja seseorang, yang berdampak terhadap kineja
organisasi atau lembaga.
Teknologi
pendidikan memandang proses belajar sebagai suatu peristiwa internal, karena
terjadi dalam diri siswa. Sejauh ini sudah banyak sekali teori belajar yang
dirumuskan oleh para pakar dengan berbagai pendekatan ilmu. Sebagai contoh,
psikolog beranggapan bahwa proses belajar sebagai suatu proses kognitif,
sedangkan pakar komunikasi beranggapan bahwa proses belajar adalah suatu
pemrosesan informasi pada diri seseorang.
Teknologi
pendidikan dalam proses pembelajaran bermanfaat untuk memperkuat dalam
merekayasa berbagai cara dan teknik dari mulai tahap mendisain, pengembangan,
pemanfaatan berbagai sumber belajar, implementasi, penilaian program, dan
penilaian hasil belajar. Teknologi dalam pendidikan merupakan penggunaan media
sebagai sumber atau sarana dalam proses pembelajaran untuk mempermudah
pencapaian.
Kemajuan dan
peranan teknologi sudah demikian meningkat, sehingga penggunaan alat-alat, perlengkapan
pendidikan, media pendidikan dan
pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan
penggunaan alat-alat bantu mengajar, alat-alat bantu peraga pendidikan, audio,
visual, dan audio-visual serta perlengkapan peralatan kerja lainnya. Kemajuan
teknologi memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk
menunjang proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan
efisien bagi siswa.
Memasuki abad
Teknologi Informasi dan Komunikasi sekarang ini sangat dirasakan
kebutuhan akan pentingnya peningkatan kualitas Pembelajaran. Melalui
pemanfaatan teknologi pendidikan kita dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,
yaitu dengan cara membuka lebar-lebar terhadap akses ilmu pengetahuan dan
penyelenggaraan pendidikan bermutu. Sistem teknologi informasi
dalam pendidikan memberi jangkauan yang luas, cepat, efektif, dan efisien
terhadap penyebarluasan informasi ke berbagai penjuru dunia. Teknologi
informasi berkembang sejalan dengan perkembangan teori komunikasi dan teknologi
yang menunjang terhadap praktek kegiatam pembelajaran. Pembelajaran berbasis
multimedia seperti : pembelajaran berbaris komputer (PBK), pembelajaran
berbaris web (e-learning), merupakan bentuk pemanfaatan TIK yang perlu
dilaksanakan dalam dunia pendidikan dewasa ini.
Kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal
ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dijalankan secara professional,
seperti saat ini, dengan dimanfaatkannya Teknologi Informasi dan Komuniksi,
khususnya computer dan internet dirasa sangat membantu dalam kegiatan
pembelajaran.
Salah satu
permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya
adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran. Dari
berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan berkenaan
dengan peningkatan kualitas pendidikan adalah dengan mengembangkan teknologi
pembelajaran yang berorientasi pada interest peserta didik dam
memfasilitasi kebutuhan akan pengembangan kognitif, efektif dan psikomotornya.
Seiring dengan
perkembangan teknologi pendidikan berikut infrastruktur penunjangnya, upaya
peningkatan mutu pendidikan di atas antara lain dapat dilakukan melalui
pemanfaatan teknologi pendidikan tersebut dalam kegiatan pembelajaran.
Teknologi pendidikan merupakan suatu system yang dapat memfasilitasi pendidik
dan peserta didik belajar lebih luas, lebih banyak dan juga bervariasi. Melalui
fasilitas yang disediakan oleh system tersebut, siswa dapat belajar mandiri,
kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.bahan yang dapat
mereka pelajari juga lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk sajian kata,
tetapi dapat lebih kaya dengan varisi teks, visual, audio dan animasi.
Untuk itu sudah
selayaknyalah pada pendidik harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang
humanis, yaitu kondisi pembelajaran yang menyenangkan dengan mengoptimalkan
peran teknologi pembelajaran khususnya untuk pendidikan Islam.
Disamping
itu, dalam proses penggunaannya, teknologi haruslah digunakan sedemikian rupa
sesuai dengan fungsinya agar dapat mencapai tujuan yang dimaksud. Maka dari itu
proses didalam penggunaan teknologi sangat berperan penting guna mencapai
keberhasilan dari teknologi itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan Teknologi Pendidikan?
2.
Bagaimana proses
Teknologi Pendidikan?
3.
Bagaimana
penerapannya pada Pendidikan Agama Islam?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan Teknologi Pendidikan?
2.
Untuk mengetahui
bagaimana proses Teknologi Pendidikan?
3.
Untuk mengetahui
bagaimana penerapannya pada Pendidikan Agama Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teknologi
Teknologi, dalam interpretasi yang paling umum,
adalah penerapan pengetahuan untuk tujuan praktis. Definisi teknologi umum
diterima di lapangan diambil dari Galbraith (1967): "Penerapan sistematis
ilmu atau pengetahuan terorganisir lainnya untuk tugas-tugas praktis". Menurut
Hooper dan Rieber (1995), "Teknologi, menurut definisi, menerapkan
pengetahuan saat ini untuk beberapa tujuan yang berguna. Oleh karena itu
teknologi, menggunakan pengetahuan berkembang (baik sekitar dapur atau ruang
kelas) untuk beradaptasi dan memperbaiki sistem yang pengetahuan berlaku
(seperti dapur microwave oven atau komputasi pendidikan).
Sebagian besar interpretasi umum
fokus teknologi pada produk fisik yang dihasilkan dari penelitian teknologi dan
pengembangan, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer, rekaman
video, dan perangkat komunikasi genggam lainnya, satelit, penerima satelit, dan
sejenisnya. Beberapa orang menyebut sisi teknologi sebagai "teknologi
keras," sementara pemesanan teknologi
lunak untuk merujuk pada proses intelektual. Menerapkan proses
intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan. Tempat-tempat untuk proses
teknologi pendidikan biasanya meliputi rutinitas guru, perencanaan, operasi
desain instruksional, proyek pengembangan kurikulum, pembelajaran administrasi
sumber daya, dan strategi pemanfaatan media.
B. Pengertian Proses
Proses
dilambangkan di sini sebagai serangkaian tindakan, prosedur, atau fungsi yang
mengarah ke hasil. Sebuah proses biasanya menghasilkan salah satu dari dua
jenis hasil: (a) produk atau (b) proses lain. Proses sebagai sebuah konsep
dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan menuju hasil
yang diinginkan. Hasilnya bisa berwujud atau tidak berwujud.
Proses dapat terjadi secara alami,
seperti proses yang terlibat dalam pencernaan makanan dan konversi makanan yang
menjadi energi. Fungsi dari organisme manusia tergantung pada banyak alam,
proses bawaan, termasuk mereka yang terlibat dalam berpikir, belajar,
berkomunikasi, perasaan, serta hanya bertahan hidup. Manusia juga menemukan proses untuk mencapai
tujuan mereka lebih efisien dan efektif. Berburu, memasak dan melestarikan
makanan, dan migrasi memerlukan prosedur dibuat yang berkembang dengan
pengalaman.
Proses buatan manusia yang secara
sistematis menerapkan pengetahuan ilmiah dapat dilihat sebagai proses teknologi. Makalah ini
berfokus pada proses teknologi yang diterapkan dalam kemajuan belajar. Ada
banyak proses teknologi yang nonedukasional, termasuk, misalnya, yang ditemukan
dalam komunikasi massa, jaringan komputer, transportasi, dan produksi
energi. Tentu saja, argumen dapat dibuat bahwa segala sesuatu adalah
beberapa cara pendidikan; Namun, dalam konteks definisi ini, proses yang
terkait dengan teknologi pendidikan yang diartikan sebagai metode yang
digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja.
C. Pengertian
Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan
adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan
meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang tepat.
Istilah yang
digunakan dalam bahasa inggris adalah instructional
technology atau education technology.
Jadi yang diutamakan ialah media komunikasi yang berkembang secara pesat sekali
yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Alat-alat teknologi ini lazim disebut
“hardware” antara lain berupa TV, radio, video tape, komputer, dan lain-lain.
Teknologi pendidikan adalah
pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu
untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia[1].
Di
sini diutamakan proses belajar itu sendiri di samping alat-alat yang dapat
membantu proses belajar itu. Jadi teknologi pendidikan itu mengenai software
maupun hardwarenya, software antara lain menganalisis dan mendesain urutan atau
langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode
penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilannya.
Istilah
teknologi pendidikan (educational technology) teknologi pengajaran (instructional
technology) secara umum dapat diartikan sebagai penerapan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi, untuk kegiatan pendidikan atau pengejaran, yang paling
penting disini adalah proses integrasi antara manusia, ide, organisasi dan
peralatan[2].
Berdasarkan asumsi terakhir ini, teknologi pendidikan dapat pula diartikan
sebagai pendekatan yang logis, sistematis dan ilmiah dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran.
Teknologi
pendidikan adalah pemikiran yang sistematis tentang pendidikan, penerapan
metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat
komunikasi modern, akan tetapi juga tanpa alat-alat itu.
Association
for educational communication and technology (1980) mendefinisikan teknologi
pendidikan sebagai berikut : teknologi pendidikan adalah suatu proses kompleks
yang terintegrasi meliputi manusia,
prosedur, ide dan peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah yang
menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah itu.
Dengan
demikian, secara umum teknologi pendidikan diartikan sebagai media yang lahir
dari revolusi teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan
pengajaran di samping guru, buku dan papan tulis. Teknologi pendidikan
mensyaratkan prosedur, ide, peralatan, dan organisasi yang dikaji secara
sistematis, logis, dan ilmiah.
Pengertian ini mengandung asumsi bahwa sebenarnya media teknologi
tertentu tidak secara khusus dibuat untuk teknologi pendidikan.
Teknologi
pendidikan tidaklah selamanya diartikan atau dikaitkan dengan peralatan atau
median yang rumit. Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan
yang sistematis dan kritis tentang pendidikan[3].
Teknologi pendidikan memandang soal
mengajar dan belajar sebagai
Bagi
teknologi pendidikan alat-alat yang dihasilakan oleh teknologi, seperti
alat-alat audio-visual bukan esensial. Tanpa alat-alat itu pun teknologi
pendidikan tetap dapat dilaksanakan.
Teknologi
pendidikan bersikap skeptis yakni menyaksikan kebenaran prinsip-prinsip
mengajar atau asas-asas didaktik sebelum diperoleh bukti akan kebenarannya.
Teknologi pendidikan merupakan suatu ekspresi dari scientific movement atau
gerakan ilmiah yang telah dirintis oleh Aristoteles dan bergerak terus melalui
Wundt, pavlov, thorndike, skinner, hingga masa kini.
Teknologi
pendidikan berusaha untuk menerapkan dalam kelas hasil-hasil eksperimentasi
dalam laboratorium psikologi. Teknologi pendidikan adalah hasil dari penelitian
dan pemikiran ilmiah tentang pendidikan.
Teknologi
pendidikan mengharuskan guru merumuskan tujuan yang jelas dan memikirkan metode
yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai tujuan itu. Tujuan yang jelas
merupakan pegangan untuk memilih metode yang tepat. Banyak guru yang masuk
kelas tanpa mengetahui dengan jelas apa yang ingin dicapainya dalam jam
pelajaran apakah kita sampai ketempat yang kita harapkan.
Selanjutnya
teknologi pendidikan menuntut agar diadakan penilaian yang segera tentang apa
yang telah dipelajari. Banyak guru yang melakukan penilaian hanya beberapa kali
dalam satu semester seperti dalam bentuk ulangan. Penilaian yang segera setelah
pelajaran memberikan keterangan tentang prestasi anak dan sekaligus tentang
kemanpuan metode penyajian guru.
Bila
guru menerapkan prinsip-prinsip teknologi pendidikan secara konsekuen, maka
terbuka baginya jalan untuk memperbaiki mutunya sebagai guru, ia akan memandang
proses belajar mengajar sebagai problema yang tak berkesudahan yang dihadapinya
secara obyektif dan ilmiah. Dengan sikap serta usaha demikian mengajar akan
dapat dikembangkan dan ditingkatkan menjadi profesi dalam arti yang sebenarnya.
Teknologi
pendidikan masih merupakan pendekatan yang terbuka bagi berbagai-bagai
pendirian. Teknologi tidak merupakan kunci kearah sukses yang pasti dalam
pendidikan. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukkan suatu prosedur atau
metodologi yang dapat diterapkan dalam pendidikan. Teknologi pendidikan adalah
suatu teori yang mempunyai sejumlah hipotesis.
Teknologi
pendidikan dapat juga dipandang sebagai suatu gerakan dalam pendidikan yang
diikuti oleh guru-guru yang merasakan bahwa mengajar hingga kini masih
dilakukan secara sembrono, asal-asal saja, tanpa dasar yang kokoh, menurut
selera masing-masing.
Maka
teknologi pendidikan merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki
metode mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yang membuktikan
keberhasilan dalam bidang-bidang lain. Teknologi pendidikan mengajak guru untuk
bersikap problematis terhadap proses mengajar-belajar dan memandang tiap metode
mengajar sebagai hipotesis yang harus diuji efektifitasnya. Dengan demikian
teknologi pendidikan mendorong profesi keguruan untuk berkembang menjadi suatu
“science”. Namun pekerjaan guru akan selalu mengandung aspek “seni”.
D.
Proses Teknologi Pendidikan
Jika
berbicara tentang proses teknologi pendidikan maka akan berbicara tentang
serangkaian tindakan, prosedur, atau fungsi dari teknologi yang digunakan yang
mengarah ke hasil atau tujuan dari pendidikan.
Ada yang mentafsirkan teknologi
pendidikan sebagai suatu cara dalam proses mengajar yang menggunakan alat-alat
teknik modern yang sebenarnya dihasilkan, bukan khusus untuk keperluan
pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film
opaque projector, overhead projector, tv, video taperecorder, komputer, dan
lain-lain. Alat-alat itu tidak mengandung arti pendidikan. Alat-alat itu baru
bermanfaat bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini
lazim disebut software.
Yang merupakan inti teknologi pendidikan
adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu.
Teknologi pendidikan dapat dilenggarakan tanpa alat-alat teknologi modern
seperti yang dikatakan diatas. Ada yang beranggapan bahwa segala macam
metodologi pengajaran termasuk teknologi pendidikan seperti ceramah, diskusi,
seminar dan sebagainya.
Dalam
teknologi pendidikan alat-alat itu disebut “hardware”. Alat-alat itu besar manfaatnya, namun bukan
merupakan inti atau hakikat teknologi pendidikan, sebab proses dalam
penggunaannyalah yang akan menentukan hasil dari tujuan.
Alat-alat
teknologi pendidikan dapat mengubah peranan guru. Dimana alat - alat teknologi
akan mempermudah guru dalam membantu penyampaian pesan dalam proses
pembelajaran. Namun peranan guru tidak akan dapat ditiadakan dan akan selalau
diperlukan. Mengawinkan “teknologi’ dengan “pendidikan” dapat mengejutkan
profesi guru, sebab teknologi diasosiasikan dengan mesin yang dapat menimbulkan
bahaya “dehumanisasi” pendidikan, yaitu pendidikan yang “mechanical” yang serba
mesin, yang menghilangkan unsur manusiawi yang selalu terdapat dalam interaksi
sosial antara guru dan murid dan antara murid dan pelajaran.
Teknologi
harus dianggap sebagai penemuan yang memperpanjang kemampuan manusia. Penemuan
teknologi yang dibayangkan tak terbatas, dan hanya dibatasi oleh kreativitas
kita. Proses yang didedikasikan untuk pengembangan kapasitas kreatif didasarkan
pada beberapa asumsi. Asosiasi untuk komunikasi pendidikan dan Teknologi (AECT)
mengasumsikan bahwa pendidikan adalah suatu proses, teknologi dapat
memfasilitasi proses pendidikan, dan lingkungan belajar yang disengaja yang
kompleks. Berikut ini penjelasan dari asumsi ini memberikan orientasi filosofis
studi dan praktek proses teknologi yang didedikasikan untuk pendidikan.
· Asumsi
1:
Pendidikan adalah sebuah proses
pendidikan adalah serangkaian tindakan tujuan dan operasi-proses.. Tujuan
pendidikan merupakan hasil pembelajaran yang diinginkan; dengan demikian,
pendidikan, secara umum, dapat dianggap sebagai suatu proses.
· Asumsi
2:
Teknologi dapat memfasilitasi
proses pendidikan Masyarakat umumnya menganggap teknologi baik sebagai alat dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Proses pendidikan fokus pada aplikasi
sistematis dari teori belajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Mispersepsi
tentang teknologi sering muncul dari keyakinan bahwa teknologi adalah akhir.
Teknologi bukanlah obat mujarab untuk semua penyakit pendidikan, dan bukan
sarana untuk menggantikan orang. Proses teknologi adalah sarana khusus,
berdasarkan pemikiran ilmiah, untuk mengkomunikasikan ide-ide dan mengambil
tindakan untuk memfasilitasi pengajaran dan pembelajaran.Dengan demikian,
teknologi memfasilitasi proses pendidikan.
· Asumsi
3:
Lingkungan belajar Disengaja yang
kompleks lingkungan belajar yang disengaja merujuk pada peristiwa tujuan
pendidikan yang melibatkan peserta didik dalam beberapa, interaksi bersamaan
antara orang-orang (misalnya, guru dan teman sebaya), tempat, konten, dan
media, terletak dalam konteks, untuk jangka waktu waktu, semua mencari tujuan
bersama.
Kompleksitas adalah fenomena yang
dihasilkan dari peningkatan jumlah informasi, energi, hierarki, variabilitas,
hubungan, dan komponen, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan hasil dan
mengurangi kepastian dan prediktabilitas untuk acara tertentu.Lingkungan
belajar yang disengaja menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.
Kompleksitas juga muncul dari
interaksi unit individu (Marion, 1999), seperti interaksi siswa, guru, konten,
dan konteks selama acara pendidikan. Levy (1992) mendefinisikan sistem yang
kompleks sebagai salah satu bagian komponen yang berinteraksi dengan kerumitan
yang cukup bahwa mereka tidak dapat diprediksi dengan persamaan linear
standar.Oleh karena itu, proses yang terkait dengan lingkungan belajar yang
disengaja harus mampu memfasilitasi, mengelola, dan mengarahkan berbagai jumlah
informasi, variabilitas dalam hubungan, beberapa solusi, prediktabilitas,
ketidakpastian, kepastian, dan ketidakpastian.
Pengalaman
dengan alat teknologi pendidikan membuktikan bahwa dalam proses
belajar-mengajar guru tetap memegang peranan penting. Macam-macam teknologi
pendidikan menurut Davies ada tiga yaitu:
1. Teknologi
pendidikan satu
Teknologi pendidikan satu yaitu
mengarah pada perangkat keras seperti proyektor, laboratorium, komputer (CD
ROM, LCD, TV, Video dan alat elektronik lainnya). Teknologi mekanik ini dapat
mengotomatiskan proses belajar mengajar dengan alat yang memancarkan ,
memperkuat suara, mendistribusikan, merekam dan mereproduksi stimuli material
yang menjangkau pendengar/ siswa dalam jumlah yang besar. Jadi teknologi satu
ini efektif dan efisien.
2. Teknologi
pendidikan dua
Teknologi pendidikan dua mengacu
pada ”perangkat lunak” yaitu menekankan pentingnya bantuan kepada pengajaran.
Terutama sekali dalam kurikulum, dalam pengembangan instruksional, metodologi
pengajaran, dan evaluasi. Jadi teknologi dua ini, menyediakan keperluan
bagaimana merancang yang baru atau memperbarui yang sekarang, bermanfaat pada
pengalaman belajar.
3. Teknologi
pendidikan tiga
Teknologi pendidikan tiga, yaitu
kombinasi pendekatan dua teknologi yaitu “peragkat keras“ dan perangkat lunak”.
Teknologi pendidikan tiga, orientasi utamanya yaitu ke arah pendekatan sistem,
dan sebagai alat meningkatkan manfaat dari apa yang ada di sekitar. Teknologi
pendidikan tiga dapat dikatakan sebagai pendekatan pemecahan masalah, titik
beratnya dalam orientasi diagnostik yang menarik.
Dari
ketiga macam tekonologi di atas dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan
dalam konteks sebenarnya adalah tidak hanya mengacu pada perangkat keras saja
seperti yang umum dijadikan sebagai persepsi yang benar, namum juga meliputi
perangkat lunak dan perpaduan keduanya perangkat keras dan lunak.
Miarso mengemukakan bahwa teknologi pendidikan dapat
didefenisikan kemampuannya dengan dua cara; Pertama dengan melakukan pengkajian
empirik, dan kedua dengan melakukan analisis konseptual. Sedangkan The National
Task Force on Educational Technology melaporkan hasil pengkajiannya tentang
kegunaan teknologi pendidikan sebagai berikut:
· Mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang efesien dari cara-cara konvensional;
· Mengajarkan
konsep dan keterampilan penalaran pada peringkat tinggi yang sulit dikembangkan
tanpa bantuan teknologi
· Mengembangkan
pemehaman tentang teknologi informasi serta kegunaanya bagi masyarakat dan
dunia kerja
· Memungkinkan
guru untuk mengelola lingkungan belajar, dimana belajar dirancang untuk memenuhi
kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa, serta kemampuan mereka untuk
mencapai penguasaan yang dipreskripsikan
· Mengembangkan
keterampilan dalam menggunakan komputer dan teknologi lain yang berkaitan.
E.
Penerapan Pada Pendidikan Agama Islam
Dalam
prakteknya, yakni kegiatan pembelajaran, teknologi juga dapat memberikan warna
dan manfaat dalam pengembangan pendidikan agama Islam. Karena banyak varian
yang digunakan baik berupa teori belajar, memilih kurikulum, memilih media dan
sebagainya. Media sering dikaitkan dengan kata teknologi. Teknologi merupakan
perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekadar benda, alat,
bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan
manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.
Oleh
karenanya, dalam kegiatan pembelajaran agama Islam perlu menggunakan dan
memaksimalkan media pembelajaran yang dapat menunjang terhadap pengembangan
pendidikan agama Islam itu sendiri. Mulai dari pendidik yang harus memahami
tentang agama, materi yang disampaikan, media yang digunakan maupun lingkungan
yang ada harus dapat mengembangkan pendidikan agama Islam.
Dalam
hal ini, teknologi sangatlah memberi manfaat besar, yakni mempermudah siswa
dalam menerima pelajaran. Disadari atau tidak, dengan adanya teknologi atau
media dalam proses kegiatan pembelajaran siswa akan lebih tertarik jika
dibandingkan dengan tidak menggunakan teknologi atau media. Akan tetapi jika
pendidik tidak bisa memanfaatkannya dengan baik, semisal tidak bisa menggunakan
atau gagap teknologi, maka itu akan memberi kesan tersendiri terhadap dirinya.
Manfaat
lain dari penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran Agama Islam antara
lain:
1. Media teknologi pendidikan membuat pendidikan Agama
Islam lebih produktif.
2. Media pendidikan membuat kegiatan pengajaran
Agama Islam lebih ilmiah.
3. Media teknologi pendidikan dapat membuat
pengajaran Agama Islam lebih powerful.
4. Media pendidikan dapat membuat kegiatan belajar
mengajar Agama Islam lebih langsung.
5. Media teknologi pendidikan dapat membuat
percepatan pendidikan Agama Islam lebih sebanding.
6. Meningkatkan mutu pendidikan dengan jalan
mempercepat pengetahuan (rate of learning).
7. Memberikan penyajian pendidikan Agama Islam lebih
luas.
Teknologi pendidikan dalam proses
pembelajaran dalam pendidikan Islam dapat terlihat dengan adanya beberapa
program yang di kembangkan untuk dipakai dalam keefektifan proses belajar
mengajar di antaranya ; program e – learning dan Ubiquitous
computing:
Pengertian
istilah e-learning menurut buku TIK oleh Munir: Huruf e
pada e-learning berarti elektronik yang kerap disepadankan
dengan kata virtual (maya) ataudistance (jarak).
Dari sini kemudian muncul istilah virtual learning (pembelajaran di dunia maya)
atau distance learning (pembelajaran jarak jauh). Kata
learning sering diartikan dengan belajar pendidikan (education) atau
pelatihan (training)
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika (network) yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada para peserta didik menggunakan
media teknologi informasi berupa komputer dan jaringan internet atau
intranet. Singkat kata, e-learning adalah proses learning
(pembelajaran) menggunakan / memanfaatkan TIK sebagai tools.
Dengan e-learning, belajar
dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, melalui jalur mana saja dan dengan
kecepatan akses apapun. Dalam pembelajaran e-learning pengajar
dan peserta didik tidak perlu berada di tempat dan waktu yang sama untuk
melangsungkan proses pembelajaran, e-learning memperpendek
jarak antara pengajar dan peserta didik sehingga proses pembelajaran
berlangsung secara efisien dan efektif.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam
berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer
Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance
Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment),
Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Centered
Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training).[4]
2.
Ubiquitous computing
Ubiquitous computing dapat
didefinisikan sebagai penggunaan komputer yang tersebar di mana user berada.
Sejumlah komputer disatukan dalam suatu lingkungan dan tersedia bagi setiap
orang yang berada di lokasi tersebut. Setiap komputer dapat melakukan pekerjaan
yang dipersiapkan untuk tidak banyak melibatkan intervensi manusia atau bahkan
tanpa harus mendeteksi di mana pemakai berada.
Ide ubiquitous computing pertama
kali disampaikan oleh Mark Weiser di Laboratorium Komputer Xerox PARC, yang
membayangkan komputer dipasangkan di dinding, di permukaan meja, di setiap
benda sehingga seseorang dapat berkomunikasi dengan ratusan komputer pada saat
yang sama. Setiap komputer secara tersembunyi diletakkan di lingkungan dan
dihubungkan secara nirkabel.
Buxton menyatakan bahwa ubiquitous
computing mempunyai karakteristik utama yaitu:
a. Ubiquit
Yaitu interaksi tidak dilakukan
oleh suatu saluran melalui satu workstation. Akses ke komputer dapat dilakukan
di mana saja. Sebagai contoh, di suatu kantor ada puluhan komputer, layar display, dan
sebagainya dengan ukuran bervariasi mulai dari tombol seukuran jam tangan, Pads
sebesar notebook, sampai papan informasi sebesar papan tulis
yang semuanya terhubung ke satu jaringan. Jaringan nirkabel akan tersedia
secara luas untuk mendukung akses bergerak dan akses jarak jauh.
b. Transparency
Teknologi ini tidak
menganggu keberadaan pemakai, tidak terlihat dan terintegrasi dalam suatu
ekologi yang mencakup perkantoran, perumahan, supermarket, dan sebagainya.
Ubiquitous adalah kebalikan dari
dunia realitas virtual yang menempatkan manusia dalam dunia yang diciptakan
komputer, ubiquitous computing memaksa komputer eksis di dunia
manusia. Belajar dengan Ubiquitous computing:
Perangkat komputer baru yang
kecil, portabel, mobile, dan murah, diperkirakan akan menggantikan komputer
dekstop. Dengan adanya perangkat baru ini, murid akan lebih mudah membawa
perangkat informasi personal ke lapangan untuk membantu mengerjakan tugas dan
bisa di bawa pulang, selain itu murid juga bisa meningkatkan kolaborasi dan
memudahkan penggunaan tanpa di batasi lokasi.
Hubungan antara e-learning
dengan ubiquitous computing:
Seperti yang dapat kita baca di atas, baik e-learning maupun ubiquitous computing memiliki fungsi yang mirip, yaitu: mempermudah proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari adanya kuliah on-line (audio conferencing, video broadcasting, dan video conferencing) di mana mahasiswa dan dosen berada di negara yang berbeda dan di benua yang berbeda, mahasiswa tidak perlu lagi meninggalkan tanah airnya untuk mengikuti kuliah dari universitas yang ditujunya.
Seperti yang dapat kita baca di atas, baik e-learning maupun ubiquitous computing memiliki fungsi yang mirip, yaitu: mempermudah proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari adanya kuliah on-line (audio conferencing, video broadcasting, dan video conferencing) di mana mahasiswa dan dosen berada di negara yang berbeda dan di benua yang berbeda, mahasiswa tidak perlu lagi meninggalkan tanah airnya untuk mengikuti kuliah dari universitas yang ditujunya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian dalam analisa
permasalahan tadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan Teknologi Modern atau
teknologi informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan
dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya
kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik.
Banyak
yang meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible),
terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang
faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Pendidikan
mendatang akan lebih ditentukan informasi interaktif, seperti CD-ROM
Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan
adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat
ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan
media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat
nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah,
mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu
sudah dapat dilakukan.
Namun
dari peran teknologi Modern dalam pendidikan, tidak sepenuhnya teknologi
berperan positif, tetapi ada pula pengaruh negatif dari teknologi modern yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan tenaga pendidik yang
dapat memilih dan memilah media serta penggunaan yang selektif dalam
pembelajaran. Sehingga teknologi modern dalam proses pembelajaran dapat
memberikan peran dan manfaat yang optimal demi mencapai tujuan pendidikan
dengan baik.
B.
Saran
Penggunaan teknologi atau media dalam proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan pelajaran yang disampaikan agar hasil
yang diperoleh maksimal. Di samping itu, juga disesuaikan dengan kemampuan
peserta didiknya. Peran teknologi dalam pengembangan kemampuan anak didik cukup
signifikan sehingga menunut pendidik agar mampu menggunakan teknologi dengan
baik, karena dengan teknologi penyapaian materi akan lebih variatif dan
kegiatan akan semakin menarik.
Dalam mengembangkan pendidikan agama Islam, perlu
memperhatikan kebijakan yang kemudian diterjemahkan ke dalam kegiatan
pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran berjalan sebagaimana yang
diamanahkan. Dalam hal ini, pendidik merupakan salah satu unsur penting, mulai
dari memilih materi, teori, metode, teknik, strategi maupun media pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Nasution. 1994. Teknologi
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Danim, Sudarwan.
2008. Media Komunikasi Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Asmani, Amal Ma’mur. 2011. TIK Dalam Pendidikan .
Jogjakarta : Diva Press
[1] Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 1994), hal.1
[2] Sudarwan Danim, Media Komunikasi
Pendidikan(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal. 6
[3]Ibid, Nasution, hal.2
No comments:
Post a Comment